Oleh: Aprialdi Suherman

Kemarin lusa, kawasan Dipatiukur, Bandung, mendadak berubah jadi lautan kendaraan. Penyebabnya? Upacara wisuda Universitas Padjadjaran (Unpad) yang digelar di Graha Sanusi Hardjadinata, kampus lama Unpad di tengah kota.
Padahal, Unpad punya kampus utama super lengkap di Jatinangor, Sumedang, dengan aula besar, area parkir luas, dan akses jalan yang lebih lega. Tapi entah kenapa, tradisi wisuda di Dipatiukur masih terus dilanjutkan. Alhasil, macet panjang pun tak terelakkan.
Warga sekitar Tamansari dan Dago juga mengeluhkan susahnya akses kendaraan umum dan parkir liar yang menumpuk di pinggir jalan. “Wisuda UNPAD bikin macet, ngapain punya kampus di Jatinangor, wisuda di DU. Baru saja kelulusan, sudah bikin rugi Rakyat,” ujar salah satu warga yang terjebak macet di kawasan Dipati Ukur.
Meski begitu, prosesi wisuda tetap berlangsung meriah. Ribuan wisudawan, keluarga, dan tamu undangan datang sejak pagi, membuat arus kendaraan di sekitar Dago, Tamansari, dan Cikapayang padat hingga siang hari. Melalui akun Instagram resminya, pihak Unpad sudah memberi imbauan agar masyarakat menyesuaikan waktu perjalanan selama acara berlangsung dari 4–7 November 2025.
Namun, antusiasme dan volume kendaraan tetap tinggi. Kawasan Dipatiukur, Jalan Ir. H. Juanda (Dago), dan Jalan Tamansari jadi titik paling padat, terutama di jam sibuk antara pukul 07.00–12.00 WIB. Dishub Bandung pun turun tangan untuk mengatur arus lalu lintas.
Bagi mahasiswa, wisuda tentu jadi momen paling ditunggu setelah perjuangan panjang menaklukkan skripsi dan tugas akhir. Tapi bagi sebagian warga, acara ini justru terasa seperti ironi simbol kelulusan yang malah meninggalkan kesan merepotkan.
Kampus besar seperti Unpad seharusnya bisa jadi contoh soal tata kelola ruang publik yang lebih ramah. Mulai dari pemilihan lokasi, pengaturan lalu lintas, hingga kesadaran lingkungan sekitar. Apalagi, Unpad punya fasilitas di Jatinangor yang jauh lebih siap menampung acara sebesar ini.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>






