More

    Vonis 14 Bulan untuk Penabrak Mahasiswa UGM, Publik Soroti Keadilan

    Argo Ericko Achfandi, mahasiswa Fakultas HUkum UGM yang tewas ditrabak pengendara BMW yang juga mahasiswa UGM. (Foto: ugm.ac.id)

    Argo Ericko, Mahasiswa Berprestasi dan Anak Berbakti

    Argo Ericko Achfandi dikenal sebagai mahasiswa berprestasi dan sosok yang berbakti kepada keluarganya. Sejak kecil, ia tumbuh tanpa figur ayah dan dibesarkan oleh sang ibu, Melina, yang berjuang seorang diri membesarkan anak-anaknya.

    “Benar semua, bahwa anak pertama saya ini sebelas tahun hidup tanpa figur ayah. Dan sayalah ibunya yang mendidik hingga saat ini. Argo adalah anak yang baik, anak yang hebat, dan anak yang memiliki kasih tinggi,” tutur Melina dalam kesempatan mengenang sang anak.

    - Advertisement -

    Sejak SD hingga SMA, Argo selalu menjadi siswa berprestasi dan aktif dalam berbagai kegiatan. Ia bahkan diterima di Fakultas Hukum UGM tahun 2024 melalui jalur SNBP serta memperoleh BSI Scholarship, program beasiswa yang mendukung pengembangan karakter dan kepemimpinan mahasiswa.

    Argo juga memiliki cita-cita melanjutkan studi S2 ke luar negeri melalui beasiswa LPDP. Keinginan itu telah ia sampaikan kepada ibunya dan bahkan mulai mempersiapkan diri sebelum peristiwa tragis terjadi. “Dia pernah bilang ingin melanjutkan kuliah S2 ke luar negeri. Itu cita-citanya,” kata Melina.

    Sebagai anak sulung, Argo bertekad membahagiakan ibunya dan membantu pendidikan adiknya yang masih duduk di bangku SMA. Vonis ringan terhadap pelaku menimbulkan reaksi di publik. Salah satunya datang dari Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah.

    “Kehilangan nyawa seseorang hanya dibalas dengan hukuman setahun dua bulan, yang bisa membuat rasa keadilan publik terluka. Ini bukan sekadar soal hukum positif, tapi soal moral negara dalam melindungi warganya,” ujarnya.

    Abdullah juga menyoroti dugaan pergantian pelat nomor mobil pelaku sesaat setelah kecelakaan. Menurutnya hal itu dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum. “Kalau dugaan manipulasi fakta tidak dituntaskan, publik akan menganggap hukum hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas,” tambah Abdullah.

    Kasus ini menjadi pengingat penting bagi mahasiswa dan masyarakat luas tentang tanggung jawab dalam berkendara. Kisah Argo tidak hanya menyisakan duka, tetapi juga menjadi refleksi tentang pentingnya keselamatan, empati, dan rasa tanggung jawab sosial. Bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja atau beraktivitas hingga larut malam, menjaga keselamatan di jalan harus menjadi prioritas. 

    Disiplin berlalu lintas, istirahat cukup, serta kesadaran untuk tidak memacu kendaraan berlebihan merupakan bentuk nyata penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain. Tragedi yang menimpa Argo Ericko Achfandi meninggalkan duka mendalam sekaligus pelajaran berharga bagi dunia akademik dan masyarakat. Sementara vonis terhadap pelaku masih menuai perdebatan, satu hal yang pasti, yaitu keselamatan di jalan dan keadilan bagi korban seharusnya menjadi prioritas utama bagi semua pihak.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here