Dokumen internal perusahaan mengindikasikan adanya peningkatan signifikan dalam penjualan layanan cloud dan AI kepada unit-unit militer Israel yang terlibat langsung dalam operasi di Gaza. Salah satu poin paling krusial yang disoroti adalah kerja sama Microsoft dengan Unit 8200, unit intelijen militer Israel yang dikenal melakukan pengawasan massal terhadap warga Palestina.
Insinyur Microsoft dilaporkan membangun platform Azure khusus yang mampu menyimpan lebih dari 11.500 terabyte data, termasuk rekaman panggilan telepon yang disadap. Data tersebut diduga digunakan untuk menyusun daftar target dalam serangan udara.
Selain itu, Microsoft juga disebut menjual ribuan jam dukungan teknis kepada Kementerian Pertahanan Israel. Layanan perusahaan ini mendukung sejumlah unit militer utama seperti Unit Ofek, Mamram, Unit 81, dan sistem Al-Munaseq, yang semuanya berperan dalam operasi militer Israel di Gaza.
Peringatan hukum ini disampaikan hanya beberapa hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Microsoft pada 5 Desember. Koalisi organisasi tersebut menekankan bahwa keterlibatan ini tidak hanya berisiko secara hukum, tetapi juga berpotensi merusak reputasi dan stabilitas finansial perusahaan.
Para pemegang saham pun didesak untuk menuntut penghentian hubungan Microsoft dengan operasi militer Israel. Sorotan internasional juga datang dari pejabat Iran. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, mengecam keras pembunuhan warga Palestina di Gaza yang diduga melibatkan teknologi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>






