Ia menyampaikan pernyataan tersebut dua hari setelah Pelapor Khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, Francesca Albanese, mengungkap bahwa perusahaan teknologi AS seperti Amazon, Google, dan Microsoft telah memberikan akses data warga Palestina kepada Israel untuk keperluan militer.
“The UN Special Rapporteur, Francesca Albanese, menjelaskan bahwa entitas Israel menggunakan data dan teknologi yang disediakan oleh perusahaan Amerika untuk melakukan tindakan genosida terhadap rakyat Palestina, termasuk pembunuhan sistematis dan terorganisir terhadap anak-anak dan bayi di jalur gaza. Ini adalah kebrutalan sistematis, kebiadaban yang luar biasa dalam setiap arti kata,” tulis Baqaei dalam unggahannya di platform X.
Dalam wawancara terpisah, Albanese juga menyoroti penggunaan sebuah aplikasi bernama “Where Is Daddy”, yang menurutnya digunakan oleh militer Israel untuk melacak warga Palestina secara acak dan menyerang mereka saat berada bersama keluarga, guna menimbulkan dampak korban yang lebih besar.
Perang yang terus berlangsung di Gaza kembali memunculkan pertanyaan besar tentang tanggung jawab etis perusahaan teknologi global. “inilah akhir dari umat manusia, akhir dari peradaban,”ujar Albanese.
Bagi kalangan akademisi dan mahasiswa, isu ini menjadi refleksi penting mengenai bagaimana perkembangan teknologi seharusnya berpihak pada nilai kemanusiaan, bukan justru memperparah tragedi kemanusiaan.






