Frino Bariarcianur
Ekspor buah manggis (Garcinia mangostana L) Indonesia mencapai 832.000 ton di tahun 2010, sayangnya permintaan yang terus meningkat tidak diimbangi dengan jumlah produksi buah yang seimbang. Fakta ini membuat DR. Innaka Ageng Rineksane, MP, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memutar otak untuk menjawab tantangan bagaimana memproduksi manggis lebih cepat.
Dalam disertasi Innaka yang berjudul “Embriogenesis Somatik, Organogenesis, dan Analisis Keragaman Somaklonal Pada Manggis” yang diselesaikannya di University Putra Malaysia, ia menyatakan bahwa teknik In Vitro mampu menjawab permintaan buah manggis dunia yang terus meningkat.
“Bila dari biji alami, pembuahan bisa sampai sepuluh tahun, tapi dengan In Vitro, lima tahun sudah bisa berbuah. Tanamannya pun tidak terlalu tinggi, sesuai dengan tinggi tubuh si pemanen,” kata Innaka saat memberikan orasi ilmiah di Kampus Terpadu UMY beberapa waktu lalu (19/11).
Menurut Innaka perbanyakan secara In Vitro dianggap menjadi salah satu alternatif untuk menghasilkan bahan tanam manggis. Metode ini merupakan teknik perbanyakan bakal biji di dalam gelas.
Lebih lanjut Innaka menjelaskan, perbanyakan In Vitro dapat dilakukan melalui embriogenesis somatik dan organogenesis. Embriogenesis somatik adalah pembentukan bakal biji dari sel tanaman. Pembentukan biji dari sel tanaman dapat dijelaskan sebagai proses perkembangan aseksual yang menghasilkan bakal biji dari sel-sel soma.
Tahap perkembangannya mirip seperti bakal biji secara alami, dan akan terlepas dari induknya.
Sedangkan organogenesis (pembentukan organ di laboratorium) merupakan proses pembentukan organ, secara in vitro, baik secara langsung atau tidak langsung melalui kalus.
Dengan in vitro diharapkan Indonesia mampu memenuhi permintaan dunia yang sangat besar. Pasar Internasional menginginkan buah manggis yang bersih dari semut, tidak terdapat getah kuning, kelopak yang masih utuh dan hijau, matang dan tidak membatu. Kriteria ini masih dianggap sulit oleh petani manggis Indonesia.
Teman-teman siKaKa, petani manggis di Indonesia tersebar di sejumlah wilayah Indonesia yang subur diantaranya berasal dari Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Lampung, Kampar, Purwerejo, Blitung, Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Trenggalek, Blitar, dan Banyuwangi. Petani-petani manggis sering mengeluhkan produksi manggis yang telat. Belum lagi penyakit burik yang kerap menyerang buah manggis.
Sementara negara Hong Kong, Taiwan, RRC, Singapura, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, beberapa negara Eropa dan terakhir Amerika Serikat terus meminta manggis dari Indonesia. Tidak heranlah bila si ratu buah yang asam sekaligus manis ini menjadi primadona.
Tapi jangan ge-er dulu, negara Thailand dan Malaysia terus membayangi pergerakan ekspor manggis Indonesia di pasar internasional. Meskipun saat ini manggis Indonesia masih tetap menjadi produsen manggis terbesar di dunia.
OK, mari kita jadikan in vitro ala DR.Innaka dari UMY untuk mendongkrak produksi buah manggis Indonesia. Semangat!