Frino Bariarcianur
DEPOK, KabarKampus— Pemanfaatan energi dari sumber daya hidrokarbon (energi fosil) berpotensi merusak fungsi lingkungan hidup. Apalagi cadangan energi fosil di Indonesia kian hari kian menepis. Solusinya adalah mengembangkan energi surya untuk kehidupan.
Pernyataan ini disampaikan oleh Prof. A.Harsono Soepardjo, yang baru saja dilantik sebagai Guru Besar bidang Ilmu Fisika dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), di Balai Sidang UI kampus Depok, Rabu (12/06/2013). Dalam pidato pengukuhannya ia berharap pembangunan energi di Indonesia selayaknya diarahkan untuk memperhatikan kelestarian sumber energi jangka panjang.
Menurut Harsono Soepardjo, sejak krisis moneter tahun 1998, pemanfaatan energi hidrokarbon terutama untuk kebutuhan listrik masih sangat dominan. “Padahal cadangan energi tersebut semakin menipis.”
Cadangan minyak bumi dan Batubara Indonesia adalah sebesar 2% dan 3% dari cadangan dunia (tahun 1970) dan pada tahun ini cadangan semakin jauh berkurang hingga 0,2% dari cadangan dunia sehingga hal tersebut sudah tidak memungkinkan lagi untuk dipertahankan.
Lantas bagaimana Prof, solusinya?
Menurut ahli fisika UI ini, salah satu cara untuk menggantikannya adalah dengan memaksimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan seperti energi geothermal, energi air, energi biomassa, energi angin, energi mikrohidro, energi samudera dan energi surya.
“Dan cara yang paling relevan bagi Indonesia adalah dengan memanfaatkan energi surya karena Indonesia terletak di daerah tropis relatif memiliki radiasi matahari cukup besar untuk dimanfaatkan,” kata Harsono Soepardjo optimis.
Tapi sayang, bagaikan aliran sungai, pemanfaatan energi sel surya di Indonesia masih mengalami pasang dan surut. Saat harga minyak naik euphoria energi baru dan terbarukan ramai dibicarakan termasuk energi sel surya tetapi begitu harga minyak sudah diterima masyarakat energi sel surya tidak diperhatikan lagi.
Begitulah Indonesia. Persoalan energi yang sangat serius untuk menopang keberlangsungan hidup rakyat Indonesia ini seringkali abai memperhatikan lingkungan. Komitmen pemerintah terhadap pemanfaatan energi baru dan terbarukan juga kerap pasang surut. Seperti Perpres no.5 tahun 2006 terkait kebijakan energi nasional untuk pemanfaatan energi baru dan terbarukan sampai target tahun 2025 implementasinya belum berjalan dengan baik hingga kini.
“Untuk mendukung itu semua, perlu kemauan dan keseriusan dari pemerintah untuk implementasi energi surya karena sumber energi fosil cepat atau lambat pasti akan habis,” kata Harsono Soepardjo.
Nah, Pemerintah Indonesia serius gak sih ngurus energi untuk rakyat? []