More

    Dosen ITB, John Martono Bawa Seni Lukis Sutra dan Sulam ke Australia

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    L. Sastra Wijaya

    12 03 2014 john martonoSeniman asal Indonesia, John Martono, sekarang memamerkan lukisan yang dibuat di atas kain sutra bercampur sulaman di salah satu galeri seni kontemporer di Melbourne, Tusk Gallery.

    Ini adalah untuk pertama John Martono melakukan pameran di Australia dan lukisannya bersama dengan tiga artis mancanegara dipamerkan di galeri tersebut sampai 6 April 2014.

    - Advertisement -

    Mereka adalah Veronica Cay dan Tania Wursig dari Australia dan Pila Pansumrit dari Thailand.

    Keunikan dari karya John Martono adalah bahwa lukisan abstrak yang dibuatnya dibuat di atas kain sutra, dan kemudian dikombinasikan dengan sulaman.

    John Martono yang juga merupakan dosen Fakultas Seni dan Desain Institut Teknologi Bandung tersebut dianggap sebagai pelopor di seni melukis di atas kain sutra ini di Indonesia.

    Bidang khusus melukis di atas sutra dan sulaman ini dimulainya di tahun 2008. Dalam menciptakan sebuah karya di atas kain sutra ini, John Martono juga melibatkan pihak lain yaitu para pengrajin bordir di kota Bandung.

    Sebagai seorang yang memiliki banyak pengetahuan mengenai tekstil sebagai bagian dari pekerjaannya menjadi dosen di ITB, John Martono banyak mendalami teknis pengolahan kain dan sekarang menggunakan kain sutera untuk mengekpresikan seninya.

    “Jadi dalam proses pembuatan satu karya, saya biasanya melukis dulu, kemudian bekerja sama dengan beberapa pengrajin bordir. Mereka sebelumnya banyak melakukan bordir membuat jilbab.”

    “Saya melibatkan beberapa orang yang sebelumnya menganggur, dan memberikan pola sulam yang saya inginkan.” kata John Martono kepada ABC di Melbourne.

    “Karena ini karya seni, saya akhirnya menentukan siapa yang bisa dipercayai menyulam pola yang saya inginkan di satu lukisan, dan mana untuk lukisan lainnya.” tambah John Martono.

    Salah satu keunikan melukis di atas kain sutra ini adalah bahwa semua harus dilakukan dengan frame tertidur karena sutra tidak bisa meresap cairan dengan mudah. Juga John Martono harus mendatangkan cat pewarna khusus dari luar Indonesia.

    Sejak menekuni seni ini, John Martono sudah melakukan pameran di dalam maupun di luar Indonesia, antara lain di Bentara Budaya Jakarta, Kuala Lumpur (Malaysia), Beijing (China) dan Berlin (Jerman).

    Secara keseluruhan di Tusk Gallery ini, John Martono memamerkan 31 lukisan, yang dijual antara Rp 10 juta sampai Rp 25 juta per lukisan.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here