More

    Pemilih Muda Indonesia di Melbourne Masih Bingung

    Dina Indrasafitri

    01 03 2014 persiapan pemilu konjen 8
    Persiapan Pemilu di Konjen Indonesia, Melbourne. Credit ABC

    Pemilihan umum legislatif kian dekat. Bahkan, warga negara Indonesia di Australia harus memilih lebih cepat dibanding di tanah air, yaitu tanggal 5 dan 6 April. Namun, ternyata masih ada pemilih muda yang belum mantap dalam menentukan pilihannya. Bahkan, masih ada yang belum paham betul tata cara memilih di luar negeri.

    Hari Sabtu (22/3/2014) lalu, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne dijadikan tempat penyelenggaraan festival Alun-Alun, yaitu acara untuk menyambut pelajar baru di kota tersebut.

    - Advertisement -

    Alun-Alun diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA).

    Nina Arifah, salah satu mahasiswi yang menghadiri acara tersebut mengaku, meskipun terlibat dalam Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPPSLN), ia belum paham betul mekanisme pemilihan umum.

    Afin, anak muda lain yang menghadiri acara Alun-Alun, mengaku proses pemilu legislatif hanyalah 50 persen jelas baginya. “Jujur aja, belum tahu tanggal 5 April itu [pemilu] legislatif atau langsung presiden,” ucapnya.

    Pipit Puspita, yang tinggal di Australia sejak tahun 2012 dan sebelumnya pernah menimba ilmu di negeri kangguru tersebut, bercerita bahwa ia sudah menerima pamflet yang mengajak warga Indonesia di Melbourne mendaftar pemilu lewat internet. Namun, iIa pun masih belum paham sepenuhnya tata cara pemilu legislatif.

    “Komunikasinya belum begitu jelas, sampai kapan, masih bisa atau engga, mudah-mudahan sih, gosipnya masih bisa,” ucapnya.

    Untuk Siapa Suara Mereka?

    Pipit juga mengaku belum bisa menentukan pilihan terkait calon legislatif.

    Memang, zaman sekarang para perantau lebih mudah mengikuti situasi politik tanah air mereka. Namun, itu tak lantas berarti mereka bisa dengan gampang membuat keputusan terkait suara mereka. “Masih simpang siur beritanya dan…terus terang belum tahu siapa yang bisa dipilih,” ucap Pipit.

    “Untuk memberi penilaian dari jauh kurang lebih susah,” katanya. “Mungkin karena informasi yang kita dapatkan kebanyakan dari online. Kalau TV enggak ngikutin tiap hari meskipun bisa streaming. Tapi dari hal itupun kalau kita tanyakan teman-teman di Jakarta kayaknya mereka hampir tidak peduli karena informasi yang didapatkan juga simpang siur.”

    ‘Kesimpangsiuran’ tersebut, menurut Pipit, akhirnya berbuntut ketidakpedulian di kalangan teman-temannya.

    Muhammad Aghnia Shahputra, atau Aga, ketua PPIA Victoria, menyatakan bahwa kebanyakan mahasiswa Indonesia di Australia mendukung proses pemilu dan bersifat kritis serta rajin memantau peristiwa politik tanah air.

    Ia mengaku tak yakin berapa banyak rekan-rekannya yang tak akan memberi suara mereka, alias ‘golput.’

    “Jelas kita support sama pemilu tapi kalau diatanya apakah kita benar-benar tahu siapa yang akan mimpin kita ke depannya, itu kita enggak bisa tahu,” ucap Aga.

    Panitia Gunakan Berbagai Cara

    Budi Wiratno, sekretaris Panitia Pemilihan Luar Negeri Melbourne, mengatakan bahwa memang sudah ada usaha untuk mensosialisasikan tata cara pemilu ke warga Indonesia di wilayahnya, namun masih ada kekurangan, salah satunya karena penyebaran tempat tinggal masyarakat Indonesia.

    “Ada kelemahan dari segi PPLN harus mengaku, itu memang kita lakukan semaksimal mungkin, ketika ada yang gitu [kurang paham], yang namanya informasi ada yang sampai ada yang enggak,” ucapnya.

    Cara-cara PPLN mensosialisasikan pemilu di masyarakat Indonesia di Melbourne, misalnya menyebarkan pamflet, menggunakan media bahasa Indonesia lokal, dan juga ‘menjemput bola’ ke kampus-kampus dan acara komunitas Indonesia.

    “Salah satu metode yang diandalkan adalah dari mulut ke mulut,” aku Budi.

    Sudah ada sekitar 13.000 surat pemberitahuan bagi pemilih yang dipersiapkan dan dikirim, untuk nantinya dibawa oleh pemilih ke TPS. Namun, jumlah pemilih masih terus bertambah karena dari hari ke hari masih ada yang mendaftar.

    Panitia pun membuka berbagai pintu untuk mendaftar, mulai dari lewat internet, fax, tertulis, bahkan dengan aplikasi pesan singkat WhatsApp.

    Mengajak Anak Muda Peduli Politik

    Salah seorang yang gencar mendorong anak muda Indonesia untuk memberi suara mereka adalah Pangeran Siahaan, salah satu penggerak kampanye Ayo Vote.

    Ayo Vote mengajak anak muda Indonesia untuk berpartisipasi dalam pemilu lewat cara-cara yang dianggap lebih bisa menjangkau mereka, mulai dari penggunaan media sosial, video yang bersifat ringan namun informatif, bahkan mengadakan diskusi atau sesi informasi di dalam mall.

    Ayo Vote menerima pertanyaan dan tanggapan dari anak muda Indonesia di Australia, dan sebagian pertanyaan berkisar masalah teknis, seperti cara mendaftar. “Masalah sosialisasi itu selalu jadi masalah klasik bukan cuma di Australia tapi banyak negara lain, banyak pertanyaan serupa…Banyak yang enggak tau bahwa pemilu di luar itu lebih dulu dibanding indonesia,” ucap Pangeran.

    Banyak warga Indonesia yang kurang antusias menyambut pemilu legislatif karena belum paham tentang fungsi dan tugas badan perwakilan rakyat, ucapnya.

    “Di Jakarta sendiri, yang sudah dekat dengan gedung parlemennya, sedikit sekali yang tahu kalau DPR itu tugasnya bikinanggaran, bikin budgetngawasin pemerintah dan bikin undang-undang. Yang diketahui publik itu cuman anggota DPR itu kerjanya jalan-jalan ke luar negeri. Pas lagi ada sidang tidur dan lain-lain,” ucapnya.

    Menurut Pangeran, pengetahuan politik warga Indonesia banyak yang masih kurang mendalam, dan kurangnya pengetahuan politik tersebut sebagian diakibatkan karena tidak diajarkannya ilmu politik secara mendalam di institusi pendidikan.

    “Politik diajarkan di mana? SD, SMA, yang paling dekat adalah PPKN [Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan] tapi dalam itu pun enggak diajarkan politik secara mendalam. Kuliah kalau bukan jurusan sosial enggak akan dapat Pengantar Ilmu Politik. Kalau bukan aktivis gerakan kemahasiswaan di kampus enggak akan pernah bersinggungan dengan politik,” katanya.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here