Menurut penelitian baru, anak-anak muda saat ini jauh lebih narsis dibanding anak muda di tahun 1980an dan 1990an.
Kata ‘narsisme’ berasal dari legenda Yunani Narcissus, tentang seorang anak muda tampan yang jatuh cinta dengan bayangannya yang tampak di genangan air. Selain itu, narsisme adalah konsep teori psikoanalitik Sigmund Freud.
- Advertisement -
Menurut Profesor Jean Twenge dari San Diego State University, Amerika Serikat, narsisme berbeda dari percaya diri.
“Seseorang yang punya percaya diri tinggi menghargai pencapaian pribadi, tapi mereka juga menghargai hubungan dengan orang lain dan peduli dengan orang lain,” jelas Twenge, “Mereka yang narsis tidak memiliki kepedulian dan penghargaan terhadap hubungan. Jadi mereka cenderung tak berempati dan buruk dalam menjalin hubungan”
Twenge bekerjasama dengan Keith Campbell untuk menyelidiki apakah mereka yang lahir di di generasi-generasi yang lebih baru memiliki sifat narsis lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya.
Untuk mengukur, mereka menggunakan Narcissistic Personality Inventory, yang diciptakan tahun1988. Alat pengukur ini terdiri atas 40 bagian. Di setiap bagian, responden memilih antara dua pernyataan. Salah satu pernyataan itu bersifat narsistis.
Profesor Twenge dan Campbell menganalisa data dari 15.000 mahasiswa Amerika yang mengikuti survei mereka sebelum tahun 2006. Mereka mendapati bahwa skor narsisme lebih tinggi di tahun 2000an dibanding skor tahun 1980an dan 1990an.
Profesor Twenge mendapati bahwa ada sejumlah gejala dan hal-hal yang berhubungan dengan narsisme, serta bagaimana gejala tersebut terlihat di ranah budaya yang lebih besar. Dalam kecantikan, misalnya, jumlah operasi plastik di Amerika Serikat melonjak sejak akhir tahun 1990an.
Makin banyak orang yang menghargai keunikan. Ini terlihat dari pemberian nama unik pada anak. Selain itu, ada juga perubahan dalam hal hubungan. “Mereka yang tinggi angka narsismenya biasanya bermasalah dalam hubungan mereka. Pada dasarnya, ini karena mereka berfokus pada diri sendiri, bukan orang lain,” jelas Twenge.
Menurutnya, kadar narsisme lebih besar berkorelasi dengan materialisme dan fokus lebih besar pada uang dan menjadi terkenal.
Dalam hal media sosial internet, mereka yang angka narsismenya tinggi teman Facebooknya lebih banyak.
Menurut Twenge, ada berbagai hal yang menyebabkan meningkatnya narsisme. Antara lain pinjaman bank yang mudah didapat, budaya yang berfokus pada selebriti, dan internet. Selain itu, karena orang tua dan dunia pendidikan menekankan percaya diri.
“Kita, terutama di budaya barat, beranggapan bahwa rasa percaya diri amatlah penting. Bahwa itulah kunci kesuksesan, tapi ternyata tidak…” katanya.
Twenge memiliki tiga orang anak. “Sering saya ditanya, ‘kalau saya tak boleh bilang ke anak saya bahwa Ia istimewa, lantas apa yang harus saya bilang?’ Jawaban saya, ‘bilanglah, saya sayang kamu.’ Toh itulah maksud anda, dan itu pesan yang jauh lebih baik karena…anak itu mungkin istimewa untuk anda. Tentu saja. Tapi apa yang akan terjadi saat Ia terjun ke dunia luar yang tidak memperlakukannya secara istimewa?”
Peningkatan narsisme tampak tak hanya di dunia barat, namun juga di negara-negara seperti China.
Menurut Twenge, kunci kesuksesan adalah kesanggupan diri, yang berbeda dengan percaya diri.
“…kendali diri dan kerja keras. Itu banyak manfaatnya. Mengubah perspektif, yang biasanya tidak mudah dilakukan oleh para narsis, yaitu mengambil sudut pandang orang lain. Membayangkan bagaimana rasanya jadi orang lain. Ini sangat penting untuk bergaul, baik di dunia kerja atau pribadi.”[]