Radio Australia Network
Kata makian atau bahasa yang kasar mencakup sekitar 0,6 persen dari percakapan manusia. Mengingat bahwa kita berbicara rata-rata 16 ribu kata setiap hari, maka itu berarti sekitar 95 dari kata-kata sehari-hari adalah kata-kata kasar atau tidak senonoh.
Secara umum, kata-kata makian bersifat offensif – tapi ada satu situasi dimana kata-kata makian sebenarnya sangat membantu.
Dalam setiap bahasa atau dialek yang pernah dikaji, tidak peduli apakah bahasa itu masih banyak digunakan atau sudah mati, apakah bahasa itu digunakan oleh milyaran atau hanya sekelompok suku yang kecil, kata-kata kasar pasti ada.
Menariknya, di beberapa kultur mereka mengambil kata-kata makian dari agama. Misalnya, ketika empat abad lalu Shakespeare menulis ‘zounds’ atau ‘sblood’, ia menggunakan singkatan sangat offensif (waktu itu) dari ungkapan ‘God’s wounds’ untuk ‘zounds’ dan ‘God’s blood’ untuk ‘sblood’.
Sejumlah masyarakat lainnya melindungi konsep kehormatan dan kemurnian wanita. Jadi, banyak kata makian berkaitan dengan aurat wanita atau tema ‘son of a whore’ (anak pelacur).
Kata makian mempunyai kekuatan. Hanya mendengar kata-kata kasar, kulit kita menjadi merinding. Denyut jantung bertambah cepat dan tarikan nafas menjadi pendek.
Di tahun 2009, Dr Richard Stevens dan rekan-rekannya dari Keele University di Inggris mempelajari kaitan antara memaki dan rasa sakit. Mereka meminta 67 mahasiswa S1 untuk menjalani tes rasa sakit yang standar bernama cold pressor test.
Dalam cold pressor test, para mahasiswa itu diinstruksikan untuk menenggelamkan tangan mereka yang terbuka dan santai ke dalam air dingin, selama mereka bisa tahan. Seberapa dingin? Dingin sekali: 5 derajat. Dan sementara tangan mereka berada di dalam air dingin, mereka diminta mengucapkan berulang-kali kata makian atau kata yang netral.
Studi mereka menunjukkan, ketika mengucapkan sebuah kata netral berulangkali seperti “meja”, pria dapat tahan dalam air dingin sedikit diatas dua menit, sedangkan wanita sedikit diatas satu menit. Tapi kalau mereka disuruh mengucapkan berulang kali kata makian, baik pria maupun wanita dapat bertahan tangannya dalam air 5 derajat rata-rata 40 detik lagi.
Pola serupa ditemukan untuk detak jantung. Detak jantung mereka naik sedikit ketika tangan mereka berada dalam air dingin dan mengucapkan kata yang netral, tapi naik lagi bahkan lebih tinggi ketika mereka mengucapkan kata makian.
Jadi makian membuat rasa sakit berkurang.
Tapi bagaimana dengan orang yang cenderung memaki lebih dari rata-rata. Apakah kekuatan makian menjadi pudar kalau semakin sering digunakan? Apalagi kita dapat menggunakan kata makian untuk mengeskpresikan rasa kaget dan gembira, atau kemarahan dan rasa muak.
Maka di tahun 2011, Dr Stevens melanjutkan risetnya untuk melihat “apakah penggunaan makian secara berlebihan dalam situasi sehari-hari menurun keefektifannya sebagai cara mengurangi rasa sakit jangka pendek”.
Kesimpulannya nampaknya – boleh saja memaki, tapi hanya kalau sedang kesakitan.[]