YOGYAKARTA, KabarKampus – Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan buku putih bertajuk Sapta Adicitta atau Tujuh Pemikiran UGM kepada Capres dan Cawapres terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Buku ini berisi tujuh skala prioritas pembangunan nasional yang disusun oleh 74 peneliti UGM.
Secara simbolis buku putih Sapta Adicitta UGM tersebut diserahkan oleh Prof. Dr. Pratikno, Rektor UGM kepada Drs Jaleswari Pramodharwardani, M.Hum, perwakilan tim transisi disela pelaksanaan Kongres Maritim Indonesia, di ruang Balai Senat UGM, Selasa (23/09/2014).
Pratikno mengatakan, buku putih UGM sengaja diberikan khusus kepada Joko Widodo selaku alumnus UGM. Masukan yang diberikan tersebut bisa dijadikan bahan bagi Jokowi dalam menjalankan amanat 5 tahun ke depan.
“Kita ingin memberi masukan kepada pemerintah yang baru. Kebetulan presiden yang terpilih adalah alumnus UGM,” kata Rektor UGM.
Menurut Pratikno, menjadi kebanggan bagi civitas akademika UGM karena salah satu lulusannya terpilih menjadi pemimpin nomor satu di negeri ini. Namun begitu, kontribusi UGM dalam melahirkan lulusan yang berkualiats juga disertai dengan masukan kepada siapa pun yang memerintah untuk mengedepankan mengatasi berbagai persoalan mendesak yang dihadapi bangsa.
Berkaitan dengan Kongres Maritim, Pratikno juga sempat menyinggung tentang pentingnya pemerintahan Jokowi mengedepankan pembangunan maritim. Menurut Pratikono, Indonesia sebagai negara maritim sudah sepantasnya pemimpin, birokrat dan seluruh komponen masyarakatnya berpikir maritim.
“Dua bulan setelah dilantik, saya berharap pengarusutamaan matirim bisa dimulai lebih cepat. Baik dalam hal ekonomi, politik, dan pembangunan sosial,” ujarnya.
Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, selaku ketua tim penyusun buku putih Sapta Adicitta, mengatakan tujuh hasil pemikiran UGM tersebut sangat terkait dengan simpul-simpul strategis dalam nadi perekonomian bangsa. Sapta Adicitta berisi etika kehidupan berbangsa dan bernegara, kedaulatan pangan dan pembangunan pertanian, terobosan dan revolusi majamenen sumber daya air, kemandirian energi, inovasi dan rekaysa teknologi sumber daya hutan, pembangunan maritim yang tanguh, dan terakhir, inovasi budaya dengan menjadikan kota pusaka sebagai pembangkit ekonomi kreatif Indonesia.[]