More

    Haru Rektor ITB saat Kunjungi Tiga Calon Mahasiswa Baru di Sumatera Barat

    Devit yang diterima di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI-ITB) saat dijemput Rektor ITB Tatacipta Dirgantara diarak oleh keluarga dan tetangga di kampung, Bukittinggi (8/6/2025). (Foto: Tangkapan layar instagram @santosoim)

    Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Tatacipta Dirgantara, mengunjungi tiga calon mahasiswa baru asal Sumatera Barat melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) (8/6/2025). Mereka adalah Nauli Al Ghifari, Devit Febriansyah, dan Deka Fakira Berna. Ketiganya berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas namun diterima ITB berkat prestasi akademik yang membanggakan. 

    Nauli dari SMAN 1 Bukittinggi diterima di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB. Ayahnya sehari-hari berjualan pakaian bekas di Pasar Atas Bukittinggi dengan omzet hanya sekitar Rp 8 juta per tahun dan cuma memiliki tabungan Rp 1,5  juta. Lalu ada Devit satu sekolah dengan Nauli yang diterima di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI-ITB). 

    Devit merupakan anak satu-satunya dari Kecamatan Malala yang lolos SNBP tahun ini. Orang tuanya bekerja sebagai kuli angkut kayu manis dengan penghasilan harian tidak menentu. Hingga warga satu kampung turut bergotong royong mendukung biaya keberangkatan Devit ke Bandung melalui iuran sukarela. 

    - Advertisement -

    Sementara Deka dari SMAN 1 Padang diterima di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB. Ketiganya juga menerima beasiswa KIP-Kuliah (Kartu Indonesia Pintar Kuliah) dari pemerintah. Program ini sebelumnya dikenal sebagai Beasiswa Bidikmisi yang ditujukan untuk membantu mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu agar tetap dapat mengenyam pendidikan tinggi.

    “Saya terharu karena di tengah keterbatasan, anak-anak dapat berprestasi. Di kampus nanti, kalian akan bertemu banyak mahasiswa hebat. Harus tetap berusaha yang terbaik dan jangan putus asa. Kehadiran program KIP-K ini menjadi solusi nyata yang membuka akses pendidikan tinggi seluas-luasnya bagi anak-anak bangsa yang memiliki semangat belajar tinggi namun terbatas secara ekonomi,” ujar Tatacipta. 

    Kisah Nauli, Deviat, dan Deka, menjadi cerminan semangat juang generasi muda Indonesia yang tidak menyerah kepada keterbatasan. Dukungan dari keluarga, masyarakat, institusi pendidikan, pemerintah, dan industri, menunjukkan bahwa harapan dan mimpi bisa terwujud dengan kerja keras dan kolaborasi. 

    Kehadiran pimpinan ITB bersama para dosen dan mitranya seperti PT Paragon, memperkuat pula komitmen kampus asal Bandung ini dalam merangkul mahasiswa berprestasi dari berbagai penjuru negeri. Hal ini sekaligus memastikan bahwa pendidikan tinggi berkualitas adalah hak bagi semua anak-anak di Indonesia. 

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here