SEMARANG, KabarKampus – Diangkatnya Prof. M. Nasir sebagai Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi oleh Presiden Joko Widodo mendatangkan kekecewaan bagi Taufik Aulia Rahmat, Presiden BEM KM Undip. Ia menilai M. Nasir meninggalkan amanahnya sebagai rektor baru terpilih dan belum dilantik.
Menurut Taufik, Prof. Nasir telah terpilih sebagai rektor Universitas Diponegoro pada 29 September 2014 lalu. Pada proses sebelumnya Prof. Nasir sudah menyampaikan gagasannya tentang bagaimana membangun Undip ke depan.
“Salah satu gagasan beliau yang paling mengena adalah gagasan tentang nilai utama (core value) yang diambil dari huruf Undip itu sendiri: Understanding, Nurturing, Developing, dan Inspiring People. Mungkin gagasan ini yang membuat Prof. Nasir menang telak dalam pemilihan rektor dengan perolehan 148 suara,” kata Taufik di laman bemkm.undip.ac.id.
Taufik menjelaskan, dengan terpilihnya Prof. Nasir sebagai rektor Undip memberi harapan baru bagi seluruh civitas akademika. Mereka telah percayakan kepemimpinan Undip kepada orang yang tepat dan berkompeten.
“Akan tetapi setelah Presiden Jokowi mengumumkan susunan Kabinet Kerja-nya, kami kecewa. Prof. Nasir yang telah terpilih, batal jadi rektor Undip sebab diangkat jadi menteri. Dan ini manusiawi sebenarnya ketika amanah telah diberikan namun ditinggalkan,” ungkap Taufik.
Menurut Taufik, sedikit rasa kecewa tak bisa terhindarkan, namun berdasarkan akal sehat mereka tidak mungkin yang sudah diangkat jadi menteri oleh presiden kami paksa kembali jadi rektor. Memandang Undip ke depan yang harus terus berbenah dan akan menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum, maka Undip harus segera bergerak cepat mencari cara terbaik.
Ia mengungkapkan, dalam Peraturan Rektor Universitas Diponegoro Nomor 2 Tahun 2014 baru mengatur mekanisme jika rektor yang sedang menjabat berhenti dari jabatannya sebagai rektor. Namun peraturan ini belum mengakomodir untuk fenomena yang terjadi sekarang dimana rektor terpilih dan belum dilantik diangkat ke jabatan lain. Selain itu belum ada pembantu rektor untuk periode 2014-2018.
“Ditambah lagi akhir masa jabatan Prof. Sudharto yang tidak lama lagi, 18 Desember 2014,” katanya.
Oleh karena itu, menurut Taufik, harus ada langkah cepat dari senat universitas untuk segera mencari jalan keluar dimana harus segera ditentukan mekanisme yang jelas apakah diadakan pemilihan rektor ulang atau dengan alternatif lain.
Taufik menegaskan, kepada Prof. Nasir mereka berharap tidak lepas begitu saja dari tanggung jawab ini. Mereka percaya dari jabatan sebagai menteri pun Prof. Nasir akan tetap setia membangun Universitas Diponegoro.
“Terakhir, kami berharap mahasiswa tidak hanya dipandang sebagai penonton saja, tapi juga sebagai salah satu entitas penting dari universitas yang juga dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan,” terang Taufik.
Meski demikian, Taufik juga menyampaikan kebahagiaanya dan rasa bangga karena diantara sederet nama-nama pemuka negeri ini ada nama alumni dan dosen sendiri. Mereka pun tak ingin terlambat memberi ucapan selamat atas dipercayakannya amanah besar ini.
“Selamat, Bapak, semoga pundaknya dikuatkan untuk mengemban amanah ini dan ada perbaikan bagi riset, teknologi, dan perguruan tinggi negeri ini. Begitu do’a kami. Jelas kami sangat berbangga dengan kabar ini. Ini membuktikan Undip sebagai kampus terbaik di Indonesia dan menunjukkan kiprahnya di kancah nasional,” ungkap Taufik.[]