Institut Franḉais Indonesia (IFI) menghelat Festival Sinema Prancis 2014 di gedung IFI, jalan Purnawarman kota Bandung. FSP 2014 hadir selama empat hari dengan delapan film drama terbaik karya sineas Perancis.
Delapan film yang diputar adalah, Elle L’adore, La Belle et La Bête, Mea Culpa, Grace de Monaco, Sils Maria, Qu’est-ce Qu’on a Fait au Bon Die?, Attila Marcel, Casse-Tête Chinois. Kedelapan film ini adalah nama-nama film yang sudah lulus seleksi untuk diputar selama Festival Sinema Prancis 2014.
“Sebenarnya setiap tahun, Festival Sinema Prancis selalu berbeda. Film-film yang diputar tidak pernah ada yang sama, hanya saja tahun ini memang lebih banyak film drama,” jelas Ricky Arnold, Responsable Culture-Communication IFI Bandung kepada Kabar Kampus saat ditemui di sela-sela pemutaran film, Minggu (7/12/2014).
Dari delapan film tersebut, lanjut Ricky, film Qu’est-ce Qu’on a Fait au Bon Dieu atau Bad Weddings dinilai paling banyak menarik minat penonton. Penilaian tersebut dilihat dari jumlah tiket yang terjual selama pemutarannya pada Sabtu (6/12/2014).
“Yang membedakan dengan Festival Sinema Perancis sebelumnya, tahun ini kami mengontrol sendiri tiket penjualannya. Dari sana, kami bisa mengetahui film mana yang banyak diminati dan mana yang tidak,” ucapnya.
Hanya saja, jika dilihat dari jumlah pengunjung yang datang, Ricky menilai tidak ada perbedaan dengan jumlah pengunjung Festival Sinema Prancis sebelumnya. Rata-rata diangka 250 penonton selama tiga hari penayangan film di Studio XXI.
“Tapi untuk tahun ini, jumlah penontonnya hampir merata di setiap film. Kalau tahun sebelumnya, ada yang satu film bisa ditonton oleh hampir seratus orang, sementara film lainnya hanya ditonton belasan orang,” katanya.
Sejauh ini, upaya dari IFI untuk memperkenalkan budaya Prancis untuk warga Indonesia juga dinilai Ricky cukup berhasil. Mayoritas dari penonton yang datang untuk menikmati film-film tersebut adalah orang yang memang belum mengenal banyak budaya Prancis.
Ricky mengaku kondisi tersebut membuatnya lebih senang. Karena sampai saat ini banyak orang yang mengira Festival Sinema Prancis adalah film yang berisi tentang kebudayaan Perancis, dan dengan ketidaktahuan mereka mindset pun berubah setelah datang dan menonton film yang diputar.
“Salah satu misi dari Festival Sinema Prancis ini adalah penyebaran budaya. Orang-orang belum banyak yang tahu kalau film adalah salah satu kebudayaan Prancis. Dan festival ini juga jadi ajang menghancurkan pikiran-pikiran orang selama ini kalau budaya Prancis selalu identik dengan fashion dan lainnya,” pungkas Ricky. [Mega Dwi Anggreni]