Asep Saefullah
BOGOR, KabarKampus- Petani seringkali menggunakan pestisida sintetik secara berlebihan, sehingga menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Misalnya menimbulkan patogen sekunder, matinya musuh alami, dan merusak lingkungan. Bahkan hasil pertanian yang mengandung residu pestisida yang membahayakan bisa ditolak oleh pasar.
Salah satu inovasi menyuburkan tanaman datang dari Bogor. Penelitian yang dilakukan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Yayu Siti Nurhasanah, menemukan kandungan air cucian beras dapat menyuburkan tanaman.
Menurut Yayu, air cucian beras merupakan media alternatif pembawa bakteri Pseudomonas fluorescens. “Bakteri tersebut adalah mikroba yang berperan dalam pengendalian petogen penyebab penyakit karat dan memicu pertumbuhan tanaman,” katanya.
Air cucian beras, lanjutnya, memiliki kandungan nutrisi yang melimpah. Diantaranya karbohidrat yang berupa pati sebesar 85-90 persen, protein glutein, selulosa, hemiselulosa, gula, dan vitamin yang tinggi.
Untuk membuktikan penemuannya, Yayu melakukan pengujian terhadap sejumlah bibit tanaman krisan yang ditanam pada media tanah steril. Secara intensif salah satu bibit tersebut diberikan formulasi air cucian beras, sementara yang lainnya tidak. Setelah diamati dalam jangka waktu tertentu, ternyata tanaman yang diberikan formulasi air cucian beras memiliki pertumbuhan tanaman yang signifikan.
Namun Yayu menyebutkan, pertumbuhan pada tanaman tergantung pada intensitas penyemprotan formula. “Pertumbuhan tiap tanaman berbeda, tergantung pada intensitas penyemprotan formulasi air cucian beras tersebut,” imbuhnya.
Selain itu melalui media air cucian beras ditambah estrak tempe dan gula ini juga dapat ditemukan pertumbuhan bakteriP.fluorescens yang pesat.
Formulasi pengujiannya meliputi : F1:90% Air beras + 5% gula + 5% ekstrak tempe, F2: 90% Air beras + 5% gula + 5% ekstrak tape, F3:85% Air beras + 10% gula + 5% ekstrak tempe, F4: 85% air beras + 5% gula + 10% tape, F5: 70% air beras + 10% gula + 20% ekstrak tempe.
Berdasarkan uji pertumbuhan bakteri P.fluorescens dalam media formulasi-formulasi uji, didapatkan hasil formulasi satu (F1) merupakan formulasi terbaik dalam menumbuhkan bakteri, karena memiliki log atau perkembangan populasi bakteri terbesar.
Hal ini dapat diartikan bahwa komposisi formulasi 90% air beras + 5% gula + 5% ekstrak tempe merupakan komposisi yang paling tepat dan baik untuk pertumbuhan bakteri agens antagonis.
“Ada tiga formulasi terbaik yaitu formulasi satu (F1), formulasi empat (F4), dan formulasi lima (F5). Selain uji pertumbuhan bakteri diujikan juga pengujian berdasarkan pemicu pertumbuhan dengan mengambil sampel tanaman krisan dengan mengaplikasikan P.fluorescens. Pengujian ini dilakukan dengan kontrol dan empat perlakuan,” kata Yayu.[]