More

    Ketika Punggawa Bahasa Indonesia Berkumpul di Wollongong

    ABC AUSTRALIA PLUS
    Prof Ronny Noor

    Kata punggawa memang sangat tepat untuk menggambarkan peserta Kongres dan pelatihan Bahasa Indonesia yang diadakan pada tanggal 2-4 Juni lalu di kota Wollongong yang berjarak sekitar 1,5 jam dari Sydney.

    Dikusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan para guru Bahasa Indonesia  Foto: KBRI Canberra
    Dikusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan para guru Bahasa Indonesia Foto: KBRI Canberra

    Sebanyak 50 peserta yang hadir pada acara yang baru pertama kali ini diselenggarakan di Australia tersebut terdiri dari semua komponen yang selama ini berada di garis depan dalam pengembangan Bahasa Indonesia di Australia.

    - Advertisement -

    Mereka yang hadir diantaranya kepala Balai Bahasa Indonesia di seluruh Australia, presiden persatuan guru bahasa Indonesia negara bagian Victoria, pengajar bahasa Indonesia di universitas, para guru bahasa yang berasal dari negara bagian Australian Capital territory (ACT) dan New South Wales, serta wakil seluruh kantor perwakilan Indonesia di Australia.

    Dalam acara tersebut mereka berkumpul untuk menganalisa fenomena penurunan jumlah siswa dan mahasiswa yang mengambil bahasa Indonesia dan merumuskan secara bersama sama solusi yang akan disampaikan langsung baik untuk pemerintah Australia maupun pemerintah Indonesia.

    Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini pengajaran bahasa asing di Australia termasuk bahasa Indonesia memang mengalami penurunan yang cukup drastis.

    Penurunan jumlah siswa yang mengambil bahasa Indonesia di sekolah memang bervariasi dari satu negara bagian ke negara bagian lainnya.

    Sebagai contoh di negara bagian Victoria bahwa Indonesia memang masih menempati posisi ketiga sebagai bahasa asing terpopuler, namun di negara bagian lainnya posisi bahasa Indonesia hanya berada di posisi mulai 6 sampai dengan 8 sebagai bahasa asing terpopuler.

    Duta Besar RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema menyatakan bahwa penurunan minat ini memang harus segera dicarikan solusinya.

    “Masalah penurunan minat ini tidak dapat dianggap sepele dan solusinya tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah Australia namun juga menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia” ujarnya.

    “Harus segera dicarikan solusi untuk menahan laju penurunan minat ini” tambahnya.

    Keberadaan Balai Bahasa Indonesia di negera-negara bagian di Australia memang sangat membantu dalam pengembangan bahasa Indonesia di Australia.

    Karen Bailey kepala Balai Bahasa Indonesia Western Australia yang merupakan Balai Bahasa Indonesia tertua di Australia secara tegas mengatakan bahwa kebijakan pemerintah federal Australia dan juga negara bagian yang akhir akhir ini tidak lagi menjadikan bahasa asing sebagai program prioritas berkontribusi besar dalam penurunan jumlah siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia.

    “Kongres bahasa Indonesia dan juga pelatihan guru bahasa Indonesia ini membuat kita yang berada pada garis depan pengembangan bahasa Indonesia di Australia ini merasakan memiliki kekuatan dan bersatu dalam dalam mengembangkan bahasa Indonesia,” Karen Bailey.

    Kecintaan para peserta kongres tidak diragukan lagi. Para pengurus Balai Bahasa Indonesia misalnya secara sukarela tanpa mendapatkan bayaran, bahu membahu mempromosikan dan mengembangkan bahasa Indonesia termasuk di dalamnya menggalang dana dari berbagai sumber untuk keperluan ini.

    “Saya sangat mencintai bahasa Indonesia dan bagi saya bahasa Indonesia sudah melekat dalam hati saya,” ujar Ibu Jacinta Honke yang merupakan salah satu dari 20 guru peserta pelatihan peningkatan kemampuan Bahasa Indonesia.

    Ucapan Ibu Jacintha ini memang sangat mengharukan karena setiap harinya dia harus menempuh perjalanan sejauh 200 km hanya untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada siswanya di Coonabarabran High School yang terletak di kota kecil Coonabarabran yang berjarak sekitar 7 jam perjalanan dari kota Sydney.

    Para guru bersama sama instruktur dengan bangga menunjukkan sertifikat pelatihannya.  Foto: KBRI Canberra
    Para guru bersama sama instruktur dengan bangga menunjukkan sertifikat pelatihannya.
    Foto: KBRI Canberra

    Sementara itu ibu Lyndall Franks menyatakan bahwa “untuk pertama kalinya dalam 30 tahun karir saya sebagai guru bahasa Indonesia, saya mendapat kehormatan untuk menghadiri pertemuan dan mendapatkan pelatihan yang sangat berharga ini”.

    Ibu Faye Nash yang juga merupakan salah satu peserta pelatihan mengatakan “sebagai guru bahasa Indonesia saya sangat terharu diundang untuk menghadiri kongres dan pelatihan yang sangat berharga bagi saya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia saya”.

    “Selama acara ini berlangsung saya sangat beruntung karena dapat mendengarkan bahasa Indonesia setiap saat dan juga mempraktekkan bahasa Indonesia saya yang tentunya akan sangat berguna nantinya bagi murid murid saya”

    Ibu Lyndall dan ibu Faye Nash memang selama ini aktif menulis buku-buku yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia di Australia.

    Para guru yang mengikuti pelatihan ini tampak sangat antusias mengikuti dan mempraktekan materi pelatihan yang disampaikan langsung oleh Prof. Emi Emelia yang didatangkan dari Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

    Dalam kesempatan itu, dalam kedudukan saya sebagai Atase Pendidkan dan Kebudayaan, saya menyampaikan bahwa dalam mengantisipasi penurunan minat siswa dan mahasiswa Australia pihak terkait di Indonesia harus segera mengambil langkah langkah nyata.

    “Walaupun sampai saat ini jumlah siswa dan mahasiswa yang mempelajari bahasa Indonesia di Australia yang tertinggi di bandingkan dengan negara lain di dunia, namun jika kita hanya mengandalkan pemerintah Australia saja dalam mengambangkan Bahasa Indonesia, maka secara perlahan namun pasti bahasa Indonesia tidak lagi menjadi bahasa asing utama di Australia”.

    Keinginan untuk menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional harus disertai dengan langkah nyata oleh pemeritah Indonesia dalam merancang program internasionalisasi bahasa Indonesia.

    Di akhir acara, Prof. George Quinn yang merupakan salah satu tokoh Bahasa Indonesia di Australia dan para peserta kongres dan pelatihan bahasa Indonesia ini menyampaikan harapan besarnya kepada pemerintah Indonesia bahwa untuk mengatasi penurunan minat berbahasa Indonesia di Australia ini.

    Dia mengusulkan program seperti pengiriman para kepala sekolah untuk mengunjungi sekolah sekolah di Indonesia untuk membuka wawasannya karena para kepala sekolah inilah yang menjadi kunci keberadaan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolahnya.

    Disamping itu mereka sangat mengharapkan adanya program peningkatan kualitas guru guru bahasa Indonesia di Australia melalui program imersi dan pelatihan serta pertukaran guru dengan rekan sejawatnya dari Indonesia.

    Sebagai pengiat bahasa Indonesia di Australia para peserta kongres juga menilai bahwa program kunjungan para siswa yang mengambil bahasa Indonesia ke tempat tempat “safe spot” di Indonesia merupakan kunci peningkatan minat berbahasa Indonesia di Australia.

    Mengikat program pertukaran siswa ini akan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempraktekan kemampuan berbahasa Indonesianya sekaligus mempromosikan bahasa Indonesia kepada teman temannya. Disamping itu, para orang tua siswa berkempatan mengunjungi Indonesia akan sekaligus menjadi agen promosi bahasa Indonesia di Australia. []

    *Prof Ronny Noor adalah Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Canberra. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here