AUSTRALIA PLUS INDONESIA
Ikhawanul Khabib
Sebagian besar warga Australia adalah penikmat kopi. Namun, Australia sendiri bukan negara produsen kopi sehingga harus mengimpor dari negara lain.
Berbagai kopi kelas wahid yang berasal dari banyak negara masuk Australia dan menjadi kopi andalan untuk dinikmati warga. Ternyata, di antara banyak jenis biji kopi yang masuk ke Australia, ada dua jenis kopi asli Indonesia yang masuk ke pasaran Australia, yakni kopi Gayo-Aceh dan kopi Toraja.
Bahkan, di banyak kafe yang tersebar di Australia, kopi Gayo hampir selalu ada di daftar menu. Rasa masam kopi Gayo pun menjadi daya tarik bagi para penikmat kopi.
“Gayo dan Toraja sudah kami jual sedang beberapa tahun yang lalu. Banyak pelanggan yang suka kopi Gayo. Keasamannya sangat khas,” kata development manager Bean! Roasters, Michael Sloggett kepada detikcom dan 2 media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International.
Bean! Rosters adalah cafe yang memegang medali emas Australian International Coffee Awards di Melbourne tahun 2016 untuk kategori best roaster.
Michael menjelaskan, Gayo sangat cocok untuk bahan cappucino. Saat diseduh menjadi cappucino, rasa masam kopi Gayo tidak akan hilang meskipun sudah dicampur dengan susu.
Bean! Roasters pun juga menjual Kopi Gayo dan Toraja dalam bentuk biji kopi yang sudah di-roasting. Mereka meroasting sendiri biji kopi asal Indonesia itu dan kemudian menjualnya dengan brand mereka. Namun tetap ditulis dalam kemasan bahwa Kopi Gayo dan Toraja berasal dari Indonesia.
Menurut petugas di bagian quality control Bean! Roaster, Attilio keistimewaan Gayo memang pada rasa asamnya. Saat diminum, Gayo akan meninggalkan rasa asam di mulut.
“Setiap kopi memiliki ciri khas sendiri dan Gayo memiliki ciri khusus rasa asam. Kalau mata saya ditutup saya pasti tahu itu Gayo dari rasanya,” canda Attilio.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema membenarkan bahwa beberapa kopi asal Indonesia kini populer di Australia. Bahkan, di toko-toko penjual biji kopi, sangat mudah menemukan Kopi Gayo dan Toraja.
“Bahkan di Melbourne ada Pak Teuku dari Aceh yang sangat ramai kafenya. Pak Teuku itu menjual kopi asli Gayo sana,” jelas Nadjib.
Aroma dan rasa khas kopi Gayo disebut Nadjib menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Apalagi konsumen Australia suka mencoba berbagai macam jenis kopi.
“Pak Teuku sengaja memasang cerobong asap pembakaran kopinya mengarah ke jalan, sehingga ketika ada orang lewat langsung mencium bau harum kopi. Ternyata aroma kopi itu sangat disukai warga Australia,” ungkap Nadjib.
Budaya ‘ngopi’ di Australia sangat kental dan benar-benar menyatu dengan kehidupan masyarakat. Warga Australia seakan tak bisa hidup tanpa menikmati pahitnya kopi.
Di semua tempat di Australia, bahkan di kota-kota kecil dan terpencil sekalipun pasti ada kedai kopi (coffee shop/cafe-red) yang menyediakan aneka kopi nikmat. Kopi sudah seperti ‘pembuka hari’ bagi warga Australia.
Hal tersebut membuat bisnis kafe di Australia berkembang pesat. Kafe-kafe menjamur di berbagai tempat dan menawarkan produk kopi terbaik. Setiap kafe berlomba-lomba untuk bisa menyajikan kopi terbaik kepada pelangggan. Kafe yang mengantongi label pemilik kopi terbaik sudah pasti akan kebanjiran pengunjung.
Oleh sebab itu di Australia, setiap tahunnya diadakan perlombaan antara pengolah dan penyeduh (barista) kopi. Perlombaan itu menjadi pertaruhan para pemilik kafe karena akan berimbas pada nilai jual mereka di hadapan konsumen.
kopi tiga.jpg
Tahun 2016 digelar acara Australian International Coffee Awards di Melbourne. Siapa sangka, sebuah kafe di Canberra bisa mengalahkan ratusan kafe asal Melbourne yang selalu mengagungkan budaya kopinya. Adalah Bean! Roasters, kafe asal Canberra yang berhasil mendapatkan medali emas sebagai best roaster.
“Saat perlombaan itu kami mengirimkan biji kopi terbaik hasil roasting kami. Kami mengirimkan biji kopi Panama yang mendapatkan roasting treatment istimewa di sini,” kata development manager Bean! Roasters, Michael Sloggett kepada detikcom dan 2 media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC International.
Michael menjelaskan, sebenarnya biji kopi sama saja ketika masih dalam bentuk mentah. Namun, rasa dari kopi sangat ditentukan pada teknik memasak (roasting) nya.
Kesempurnaan saat roasting ini yang akan menentukan rasa dan kualitas kopi saat diseduh. Tingkat kematangan dan suhu saat roasting sangat menentukan kualitas bubuk kopi yang sudah siap seduh nantinya.
Michael lalu menunjukkan dapur perusahaannya. Di kafe kecil miliknya yang berada di suburb Fyshwick, Canberra, Michael tidak hanya menjual kopi yang telah diseduh. Memang Bean!Roasters adalah kafe yang sudah masyhur namanya di kalangan penikmat kopi di Canberra.
Namun, selain menjual kopi yang sudah diseduh, Bean!Roasters juga menyediakan kopi yang masih dalam bentuk biji yang sudah di-roasting. Bedanya, roasting langsung dilakukan di bagian belakang kafe yang disulap menjadi sebuah dapur untuk memasak kopi.
Mesin-mesin modern berdiri kokoh di bagian belakang kafe itu. Mesin-mesin itu terdiri dari mesin pengupas kulit biji, pengering dan yang paling penting adalah pemasak kopi itu sendiri.
“Roasting adalah step terpenting dari proses pembuatan kopi sebelum dinikmati. Kami memiliki metode roasting sendiri yang tentunya tidak bisa kami ungkap,” tutur Michael.
Di mesin khusus roasting, ada seorang pekerja yang bertanggung jawab penuh dalam proses pemasakan ini. Pekerja itu disebut Michael adalah ahli di bidang kopi. Sehingga, dia sangat paham bagaimana caranya memasak kopi yang enak.
Biji kopi yang akan diroasting pun bukan biji kopi sembarangan. Haruslah biji kopi terbaik yang didatangkan dari berbagai negara. Sebelum di-roasting, biji-biji yang didatangkan dari berbagai negara itu harus didiamkan minimal 1 tahun dalam sebuah drum besar.
“Kapasitas kami sekali roasting adalah 60 Kg dan sehari kami bisa dua kali roasting. 6 hari dalam seminggu kami memasak kopi,” jelas Michael.
Setelah di-roasting dan didinginkan, biji kopi akan melalui tahap quality control. Di sebuah ruangan berukuran 6×3 meter yang berada di belakang kafe, sudah ada dua pakar kopi yang siap melakukan quality control.
Salah seorang petugas di quality control adalah Attilio. Attilio menceritakan, dalam sehari dia bisa mencicipi puluhan jenis kopi yang baru selesai di-roasting.
Attilio menyarankan, kopi yang akan diseduh haruslah dalam keadaan segar dan baru digrinding (dihaluskan) sesaat sebelum diseduh. Saat akan mencoba kopi Panama yang telah diroasting, Attilio menggunakan teknik Syphon Method atau yang familiar dengan sebutan vacuum di Indonesia.
“Ada banyak cara menyeduh kopi, tapi yang terpenting adalah hasil akhirnya yang tanpa ampas dan aromanya bisa keluar secara maksimal. Aku lebih memilih cara ini untuk kopi yang bagus seperti Panama,” ungkapnya.
Untuk mencicipi kopi, Attilio hanya menggunakan dua sendok. Mulanya sendok digunakan untuk membersihkan buih-buih yang ada di kopi. Setelah itu, satu sendok digunakan untuk mengambil kopi yang telah diseduh dan Slurpppp!. Kopi yang dicicipi tidak ditelan, akan dikeluarkan lagi.
Setelah mencicipi, Attilio lalu mengisi beberapa kolom penilaian terhadap kopi. Dia menilai, kopi yang baru saja di-roasting sudah sesuai standart dan layak jual.
Penasaran dengan rasa kopi dengan roasting terbaik itu, detikcom lalu mencicipi satu cangkir kopi Panama buatan Bean!Roasters. Saat memasuki mulut, rasa kopi itu sangat kaya. Terasa seperti ada campuran berbagai buah berry. Dan setelah ditelan, ada rasa apel yang tertinggal di mulut.
Tidak disarankan meminum kopi dengan menambahkan gula, karena hal tersebut akan merusak rasa kopi. Terutama bagi kopi yang berjenis fruity seperti Panama, gula akan menghilangkan beberapa komponen rasa buah di dalam kopi.
“Yang membuat kami menang di Melbourne adalah kami bisa mengeluarkan semua rasa fruity di Kopi Panama. Hal itu hanya bisa dilakukan dengan teknik roasting yang sempurna,” tegas Michael.
Kopi Panama ini menjadi primadona di Bean!Roaster. Michael menjual kopi Panama roasting seharga AUD 30 untuk setiap 250 gramnya. Kopi hasil roastingan Bean!Roaster dapat bertahan hingga tiga minggu. []