More

    Nur Aini Ingin Keliling Indonesia Dengan Kaligrafi

    Ahmad Fauzan Sazli

    Nur Aini, mahasiswi UGM mengikuti lomba kaligrafi dalam rangkaian Festival Timur Tengah di FIB UI, Senin (16.03). FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI

    Namanya Nur Aini. Saat ditemui KabarKampus ia tengah sibuk menyelesaikan goresan cat pada kanvasnya.

    Ia adalah salah satu peserta lomba kaligrafi dalam rangkaian acara Festival Timur Tengah “Meraih Semangat Peradaban Timur Tengah” di FIB UI, Depok, Senin (16/04). Aini begitu serius menyelesaikan kaligrafi Surat Al-An’am ayat 13.

    - Advertisement -

    Surat ini berbunyi “walahu maa sakana fii allayli waalnnahaari wahuwa alssamii’u al’aliimu” yang artinya “Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

    Ia melihat baik-baik hasil lukisannya. Sementara peserta yang lain terlebih dahulu meninggalkan ruangan. Beberapa temannya mengajak keluar dan mengatakan bahwa kaligrafi Aini sudah bagus dan tidak perlu ditambahkan. Aini tersenyum. Ia masih terus menggores kuasnya. Aini, mahahasiswa Universitas Gajah Mada, Jurusan Ekonomi Akuntasi 2010 menjadi peserta terakhir yang menyelesaikan kaligrafi.

    Saat melukis ia begitu bersemangat dan tidak terbebani. Baginya lomba kaligrafi bukan soal menang atau kalah. Dalam setiap perlombaan ia hanya menyiapkan lukisan semaksimal mungkin. Bagi Aini, ia mendapatkan kenikmatan yang luar biasa saat melukis ayat-ayat Allah SWT.

    “Manfaat kaligrafi itu lebih besar dari lukisan biasa. Ayat Allah bilang bahwa barang siapa yang menuliskan ayatnya dengan indah akan diberi pahala.”

    Seperti arti nama dirinya, ia pun ingin memberikan cahaya bagi orang lain lewat karyanya.  Nama Nur Aini sendiri jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti cahaya mata.

    Kaligrafi  baginya adalah cara berdakwah  lewat gambar. Meski banyak orang tidak bisa membaca, minimal menyukai keindahan tulisan tersebut. Karenanya kaligrafi itu harus ditulis dengan benar, tanpa ada huruf yang tertinggal. Huruf-urufnya diolah sehingga menjadi indah.

    Aini sebenarnya tak punya dasar sekolah agama. Ia mengaku tak banyak tahu soal agama. Namun sangat ingin berdakwah.  Dan kaligrafi adalah jalannya.

    Mungkin Aini salah masuk jurusan. Ia tak begitu menyukai jurusan kuliahnya Akutansi. Ia mengaku mengalami kesulitan dalam belajar akutansi. Menurutnya sesutu yang tidak disukai itu pasti mengalami kesulitan. Tapi kalau kalau melukis kaligrafi sesulit apapun dapat diselesaikan.

    Namun Aini bersyukur bisa mendapatkan kuliah gratis dari pemeritah di Kabupaten Siak yang memberikanya beasiswa kuliah gratis pada jurusan Akutansi hingga selesai. Aini tak hanya mendapat kuliah di perguruan tinggi, sejak SD hingga SMA Aini tidak pernah dibiayai orang tua. Ia sering juara kelas, ia mendapatkan beasiswa karena prestasinya.

    “Ini adalah anugrah yang diberikan Allah jadi aku syukuri aja. Aku itu kalau belajar gila banget sampai ngga nyuci piring dan nggak nyuci baju. Tapi orang tuaku mendukung aku untuk belajar. Orang tuaku hanya minta satu, yaitu belajar.”

    Aini lahir 3 Maret 1991 di Desa Tanjung Kuras, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau. Ia adalah anak dari Syafril dan Aisyah. Ia anak ke-3 dari 7 bersaudara. Orang tuanya adalah seorang petani karet dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Ayahnya tak sekolah begitu pun ibunya.

    Orang tuanya tak sekolah karena tuntutan hidup, harus bekerja.

    Hasrat melukis kaligrafi Aini dimulai saat kelas dua SMA. Lukisan pertamanya mendapat juara ke-II se Kabupaten Siak, Riau. Kemenngan itu memicunya untuk terus melukis kaligrafi hingga saat ini.

    Di rumah kontrakannya Aini sering menghabiskan waktu libur yakni hari Sabtu dan Minggu untuk melukis kaligrafi. Mulai dari pukul 09.00 – 14.00 WIB, ia bisa menyelesaikan 2 lukisan kaligrafi sekaligus. Di rumahnya terdapat lebih dari 20 piala dan piagam lomba kaligrafi.

    Selama melukis ia pernah memenangkan beberapa perlombaan antaranya ; juara I lomba kaligrafi tingkat Kota DIY (2012), Juara  I lomba kaligrafi UMY (2011), Juara II lomba kaligrafi di UGM (2010), Juara II kaligrafi di Kulon Progo (2012), Juara II kaligrafi di Kabupaten Siak, Riau (2010).

    Setelah lulus Aini tak ingin langsung pulang kampung halamannya. Wanita berjilbab ini ingin berkeliling Indonesia dengan kaligrafi. Ia ingin mengenalkan karyanya ke masyarakat Indonesia.

    “Semua seniman menginginkan karyanya dipamerkan,” Kata Aini dengan mata berbinar.[]

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. ASSALAMUALAIKUM……….Buk ni saya anas abangnya naya. saya doakan semoga yang ibuk inginkan terwujud …..AMIN….dapat salam buk dari naya(tetap semangat ya buk)

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here