BANDUNG, KabarKampus – Mahasiswa Telkom University (Tel-U) menggelar aksi longmarch keliling kampus Te-U, Bandung, Selasa, (15/11/2016). Aksi yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Perduli Literasi ini sebagai bentuk protes terhadap pengebirian kebebasan berekspresi dan berliterasi di Kampus Telkom University.
“Saat ini belum ada tanggapan dari Rektorat kampus terkait buku-buku Perpustakaan Apresiasi yang diambil Warek II pada hari Rabu, 09 November 2016 lalu. Yang terjadi setelah pengambilan buku itu adalah perizinan di kampus makin diperketat,” kata Faris kepada KabarKampus, Selsa, (15/11/2016).
Menurut Faris, saat ini untuk menggunakan Selasar kampus harus izin ke logistik Fakultas. Padahal sebelumnya, mahasiswa yang ingin menggunakan selasar tinggal ngebooking.
Mahasiswa semester akhir Fakultas Informatika ini mengungkapkan, aksi ini digelar dengan berkeliling ke tujuh Fakultas yang ada di Tel-U. Kemudian ke Gedung Rektorat untuk meminta audiensi agar kebebasan berekspresi di kampus Tel-U dibuka seluas-luasnya.
“Kami ingin kebebasan literasi, kebebasan berdiskusi, dan berekspresi tidak dibelenggu di Kampus Tel-U,” ungkap Faris.
Bagi Faris dan kawan-kawan, kampus tak seharusnya menjadi anti literasi, anti diskusi, anti kritik, anti komunitas dan anti perpustakaan. Seharusnya institusi pendidikan bisa menjamin segala kebebasan intelektual di kampus. Yang seharusnya dilarang adalah menjadi bodoh, bukan membaca buku.
Peristiwa yang dianggap mahasiswa sebagai perampasan buku tersebut berlangsung pada hari Rabu, (09/11/2016). Ketika itu Wakil Rektor IV mengambil tiga buku yaitu Seri Orang Kiri Indonesia : Nyoto dan Musso, serta buku Manifesto Partai Komunis Indonesia. Saat mengambil ketiga buku tersebut, Warek IV mengatakan melarang buku-buku semacam itu ada di Telkom University.[]