BANDUNG, KabarKampus – Puluhan mahasiswa Bandung yang tergabung dalam Komite Rakyat Peduli Literasi menggeruduk kantor Yayasan Telkom yang membawahi kampus Telkom University di kawasan Cisangkuy, Bandung, Selasa, (14/03/2017). Aksi ini adalah upaya menuntut pihak Yayasan Telkom agar mendesak Rektorat mencabut skorsing yang diberikan kepada tiga mahasiswanya. Selain itu mereka juga mendesak agar Rektor dan Wakil Rektor IV Tel-U dipecat.
“Yayasan Pendidikan Telkom punya wewenang untuk memecat Rektor dan Wareknya. Karena Rektorat ada di bawah Yayasan Pendidikan Telkom dan yayasan punya wewenang untuk itu,” kata Zulfie Saeful, Korlap Aksi kepada KabarKampus, Selasa, (14/03/2017).
Menurut Zulfie, apa yang telah dilakukan rektorat Tel-U yaitu menskorsing mahasiswa, adalah kebijakan yang membahayakan kebebasan akademik. Rektorat menskorsing mahasiswa hanya karena, mahasiswanya membuka lapak buku gratis di kampus dan memimpin demo di kampus. Sehingga saat ini mahasiswa Tel-U menjadi takut menyuarakan aspirasinya.
“Bila untuk membaca buku saja dilarang, apalagi yang lain-lain. Ini berbahaya,”ungkap Zulfie.
Oleh karena itu, kata Zulfie mereka tidak hanya meminta Yayasan Pendidikan Telkom mencabut skorsing mahasiswa Tel-U, namun juga menurunkan Mochamad Ashari, Rektor Tel-U dan Yahya Arwiyah (Wakil Rektor IV). Merekalah aktor utama yang mencederai kebebasan akademik di Tel-U.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa berhasil menemui Miftadi, pengurus Yayasan Pendidikan Telkom. Saat menemui mahasiswa, Miftadi mengajak mahasiswa yang diberi sanksi untuk mendatangi mereka agar menemui Yayasan untuk dilakukan mediasi dengan Rektorat Tel-U.
“Kami mohon Edo, Lintang, dan Fariz (mahasiswa yang diskorsing Rektorat Tel-U) datang ke kami. Kami akan menfasilitasi mediasi dengan Rektorat. Ini yang bisa kami tawarkan,” kata Miftadi.
Namun upaya Yayasan tersebut ditolak mahasiswa. Mahasiswa menganggap, selama ini sudah pernah adanya upaya mediasi antara mahasiswa yang diberi sanksi dengan rektorat, namun justru mediasi yang pernah dilakukan menyudutkan mahasiswa.
“Mediasi antara mahasiswa dan Rektorat Tel-U itu tidak setara. Karena rektorat selama ini menggunakan kekuasaannya untuk menekan mahasiswa,” ungkap Zulfie.
Setelah tidak berhasil bernegosiasi, puluhan mahasiswa ini berpindah lokasi. Mereka mengeruduk Kantor Telkom di Jalan Japati Bandung untuk menuntut hal yang sama.
Aksi mahasiswa dari berbagai kampus ini adalah buntut dari sanksi skorsing yang diberikan Rektor Tel-U kepada tiga mahaisswa Telkom University. Mereka adalah Lintang, Edo, dan Fariz. Lintang dan Edo diskorsing karena membuka lapak buku di sekitar kampus, sementara Fariz, karena dianggap memimpin aksi demo di kampus dan mencemarkan nama baik kampus.[]