Matematika kerap menjadi momok bagi pelajar Sekolah Dasar hingga SMA di Indonesia. Hal itu karena matematika selalu identik atau dikaitkan dengan hitung-hitungan. Sehingga mata pelajaran yang satu ini kurang diminati para pelajar.
Persoalan ini mendorong Mustofa SAM untuk membuat modul pembelajaran edukasi kreatif untuk anak-anak di usia SD, SMP dan SMA. Pria yang saat ini bergiat di “Gerakan Melukis Harapan” di Kampung Dolly Surabaya ini menamakan modul tersebut dengan “Mini Card”.
Sebenarnya keinginan Mustofa SAM untuk membuat modul matematika ini, muncul sejak SMA. Ketika itu pria yang akrab disapa Cak Mus ini mengikuti olimpiade matematika tingkat nasional pada tahun 2009 lalu di kampus ternama di Surabaya.
Bagi Cak Mus, matematika adalah pelajaran yang mudah dan mengasikkan. Sehingga ia ingin sekali memasyarakatkan matematika. Terutama memasyarakatkan matematika dengan cara yang asik dan menyenangkan.
Namun karena Cak Mus sejak kecil sudah bermain gaplek atau domino, jadi yang dipikirkan olehnya adalah, membuat modul matematika dari media permainan domino.
Ide tersebut kemudian baru terealisasi pada awal 2017. Bermula dari ketika Cak Mus beraktivitas di dolly melalui Gerakan Melukis Harapan (GMH). Ketika itu ada relawan yang berada di bidang pendidikan membuat modul seperti yang diimpikannya semasa SMA. Seakan bernostalgia dan diingatkan untuk segera membuat modul pembelajaran tersebut, akhirnya Cak Mus membuat modul belajar tersebut.
“Akhirnya terpikirkanlah untuk membuat Mino Card dengan konsep perhitungan yang terdiri dari dua sasaran yaitu for child (untuk SD dan SMP) dan reguler (untuk SMA dan umum),” kata Cak Mus.
Ia menjelaskan, untuk Mino Card kategori for child hanya terdapat perhitungan pengurangan, penjumlahan dan perkalian saja. Sedangkan untuk kategori reguler perhitungannya sangat bervariasi yaitu pengurangan, penjumlahan, perkalian, pembagian, akar, pecahan biasa, pecahan campuran, angka ganjil, angka genap, bilangan prima, bilangan biner, bilangan oktal, bilangan desimal dan trigonometri (sin, cos dan tan) tersajikan dalam bentuk permainan.
“Permainan ini sudah diterapkan di dua Sekolah Dasar yang ada di sekolah dasar, responnya menyenangkan,” ungkap Cak Mus.
Salah satunya dari pengakuan Bu Widya, salah satu Guru di SDN Sidotopo IV/51 Surabaya. Ia mengatakan, anak didiknya sangat senang bermain mino card. Bahkan ketika diberikan modul reguler mereka masih asik bermain.
“Justru mereka aktif bertanya mas, bu cos 0 berapa? Sin 0 berapa? Tan 0 berapa?” kata Bu Widya.
Cara bermainnya Mino Card ini sama seperti bermain domino. Bermain Mino Card ini caranya yaitu dengan menyamakan angka terluar untuk ditumpuki kartu yang dimiliki. Namun perbedaannya ada pada kartu mino itu sendiri.
“Saat ada yang punya kartu mino dan dikeluarkan pada saat bermain maka 1 pemain terkena skip (tidak bisa bermain selama satu putaran permainan),” tambah Cak Mus.
Cak Mus berharap, kedepan mudah-mudahan Mino Card hasil karyanya bisa go Internasional dan bisa untuk memasyarakatkan matematika. Baginya, tidak ada yang tidak mungkin selagi masih mau untuk berusaha.[]