More

    Strategi China Menghadapi Persaingan, Bangun Universitas di Negara Orang

    THE GUARDIAN

    Universitas Xiamen China memututskan untuk membangun cabang internasional pertama di Kuala Lumpur. Uniknya pihak universitas akan memilih lokasi yang memiliki kemiripan, yakni, mencari posisi danau dan bukit yang dapat dilihat dari kelas.

    Membangun institusi pendidikan berskala internasional merupakan ambisi China untuk memperluas pengaruhnya di dunia. Konsep ini dinamai “Going Global”. FOTO : Vincent Bevins

    “Kami ingin menjaga beberapa aspek agar tetap sama dengan universitas induk kami, karena ini adalah bagian dari tradisi dan budaya,” kata Wang Ruifang Presiden Universitas Xiamen di Malaysia. “Kami ingin memberi ruang bagi siswa kami untuk berpikir.”

    - Advertisement -

    Pekerja masih berusaha membuat lubang untuk danau buatan tersebut. Proyek ambisius yang mencapai nilai 300 juta USD ini mengubah wilayah pedesaan Malaysia dari pohon sawit dan sapi-sapi gembalaan menjadi fasilitas pendidikan mutakhir, lengkap dengan kolam renang dan lapangan tenis.

    Sementara tempat ini masih terus digarap, gelombang pertama dari siswa XMU (Xian Men University) telah merayakan kelulusannya.

    Membangun universitas bertaraf Internsional yang mampu bersaing dengan Amerika, Inggris dan Australia adalah salah satu cara terbaru China untuk mendunia.

    Yu Heng Yuen, seorang mahasiswa keuangan yang berusia 20 tahun mengatakan bahwa masuk ke XMU awalnya adalah gagasan sang ayah. “Ini adalah universitas terkenal di China, kami yakin akan ada keuntungan untuk mengikuti kelas Internasional pertama ini,” ucapnya.

    Yu Heng menyukai tempatnya serta juga senang dengan prospek pekerjaannya. “Saya pikir saya bisa mencari pekerjaan di sini tau di China atau bisa saja di Singapura.”

    Seperti kebanyakan siswa, Yu Heng adalah warga negara Malaysia beretnis Tionghoa yang dididik di sekolah berbahasa China di Malaysia. Dari 1900 pendaftar saat ini ada 440 siswa yang berasal dari China.

    Perkuliahan dilakukan dengan bahasa Inggris, namun sebagian besar percakapan menggunakan bahasa mandarin. Untuk saat ini, 60% dari populasi kampus masih menggunakan bahasa melayu, seperti staf kampus, para pekerja di sana serta cerita-cerita santai di antara para siswa atau di ruang makan yang luas.

    Namun begitu, para petinggi kampus masih berharap dapat menarik lebih banyak lagi mahasiswa melayu untuk bergabung.
    Xiong Bingqi, pakar pendidikan dari Universitas Jiaotong Shanghai mengatakan bahwa universitas-universitas di China telah membuka cabang-cabangnya di luar negeri selama beberapa tahun ini, meskipun masih dalam skala kecil.

    Salah satu kampus pertama yang melakukannya adalah Universitas Soochow di ibukota Laos, Vientiane pada tahun 2012. Universitas Tongji di Shanghai membuka sebuah kampus kecil di Florence tahun 2014 yang menawarkan kursus-kursus jangka pendek dalam bidang-bidang seperti seni, desain, arsitek dan fashion.

    Awal tahun 2017 ini, universtas terkemuka Peking mengumumkan telah membeli tanah bangsawan abad ke 19 di oxford dan akan membuka cabang HSBC Business School di sana pada tahun 2018.

    Xiong mengatakan bahwa projek di Malaysia ini adalah bagian dari usaha China untuk menyebarkan pengaruhnya secara lebih luas dan global, yang dikenal sebagai strategi Beijing “Going Global”. Dengan membuka universitas-universitas ini, China berharap dapat meningkatkan pengaruhnya ke luar negeri, sekaligus untuk bersaing dengan pendidikan bertaraf internasional.

    Pemerintah China sendiri menganggap ini adalah cara yang baik untuk mengkespor soft power China,” kata Xiong yang juga adalah wakil presiden lembaga penelitian Pendidikan Abad 21 China.

    Xiong mengatakan bahwa dia berharap kehadiran universitas-universitas China di luar negeri dapat membantu mempercepat reformasi sistem pendidikn domestik, karena China akan belajar dari pesaing-pesaing asing mereka. Xiong menambahkan, ada juga ketakutan bahwa hal ini hanya menjadi “projek citra” yang mungkin tidak akan berkelanjutan secara finansial atau tidak dapat menawarkan program berkualitas tinggi.

    “Tidak ada yang salah dengan kampus yang “akan menjadi global”. Tapi sebenarnya yang lebih menarik adalah dampak sebenarnya yang akan menjadi retorika bersama.

    Hingga saat ini XMU Malaysia berfokus untuk menyelesaikan konstruksi dan meningkatkan jumlah siswa menjadi 5000 pada tahun 2020 serta mengembalikan investasi besar yang telah mereka tanamkan. Semua keuntungan itu akan tetap diperuntukan untuk XMU Malaysia dan tidak akan diambil kembali ucap Wang selaku presiden universitas.

    Dimulai dengan nominal 5000 USD per tahun, biaya perkuliahan yang ditawarkan XMU jauh lebih rendah dibanding para pesaing Inggris dan Australia walau sedikit lebih tinggi dibandingan universitas swasta di Malaysia.

    Menurut Wang, Malaysia cocok untuk ekspansi ini karena bukan hanya memiliki kerjasama pemerintahan yang aktif namun karena Tan Kah Kee pendiri Xiamen awalnya memperoleh keberuntungannya di Malaya Inggris yang sekarang dikenal dengan Malaysia dan Singapura.

    Wang menambahkan, ini membawa kembali pendidikan Xiamen ke tempat asalnya. “Tetapi juga penting untuk kami mendapatkan kembali investasi yang telah dikeluarkan. Tentu tidak dalam waktu cepat, kami akan memberinya waktu. XMU tidak membangun XMU Malaysia untuk menghasilkan uang. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here