Indonesia adalah negara yang terkenal rawan terhadap bencana. Namun tak jarang di antara korban bencana adalah bayi berusia 0-1 bulan, yang rentan pada lingkungan ekstrem dan partikel berbahaya pasca bencana.
Proses evakuasi untuk korban-korban bayi acapkali mengesampingkan aspek-aspek yang sensitif. Sehingga bayi dievakuasi hanya menggunakan kain gendongan. Akibatnya dapat membahayakan si bayi.
Sebanyak lima mahasiswa Insititut Teknologi Bandung mencoba untuk menawarkan solusi dalam mengatasi persoalan tersebut. Mereka mengembangkan sebuah inkubator berbentuk tas gendong yang memiliki fungsi menghangat dan memberikan udara yang bersih layaknya inkubator.
Para mahasiswa ini adalah Amanda Putri (Teknik Fisika 2014), Amin Yahya (Teknik Fisika 2014), Ismail Faruqi (Teknik Fisika 2014), Isra Ramadhani (Teknik Kimia 2014), serta Dzatia Muti (Desain Produk 2014). Inkubator yang mereka buat memanfaatkan material tertentu sebagai elemen penghangat sehingga tidak membutuhkan listrik terus-menerus.
Amanada Putri, ketua tim menjelaskan, selain tidak membutuhkan energi listrik yang terus menerus, inkubator ini juga dilengkapi dengan penyaring udara yang memanfaatkan membran yang memiliki pori berukuran 50 nanometer. Sehingga mampu menyaring partikel berbahaya. Bahkan bakteri sekalipun.
Selain itu, desain inkubator disesuaikan dengan kebutuhan mobilitas yang tinggi untuk keperluan evakuasi. Sehingga mudah dibawa serta digunakan dalam situasi bencana.
“Untuk masalah harga, inkubator kami jauh lebih ekonomis. Jika inkubator konvensional memiliki kisaran harga di atas 50 juta rupiah, harga inkubator kami hanya seperlimapuluhnya,” kata Amanda.
Amanda dan tim berharap inkubator yang mereka kembangkan ini dapat menekan jumlah korban bayi pasca bencana.[]
klw boleh tau . pemasaran power bank ini pemasarannya gimana ?