Bagi sebagian orang pergi ke museum adalah hal yang membosankan. Namun itu akan tidak berlaku lagi dengan terobosan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang satu ini.
Sebab mahasiswa Fakultas Teknik Mesin UI telah mengembangkan terobosan teknologi rekayasa visual untuk digunakan di museum. Mereka menamakannya dengan Computer Mediated Reality atau disingkat COMET.
Mahasiswa UI tersebut terdiri dari Muhammad Arifin Julian, Refanka Nabil Assalam, dan Irfan Budi Satria. Aplikasi yang mereka kembangkan saat ini telah diterapkan di Museum Pendidikan Kedokteran bernama Museum IMERI Fakultas Kedokteran UI, Salemba.
Penerapan COMET Museum ini diharapkan dapat meningkatkan nilai fungsi museum menjadi semakin menarik. Karena mengkombinasikan audio, visual dan kinestetik sehingga pengunjung Museum terutama anak-anak lebih mudah memahami konten-konten edukasi di dalamnya.
Menurut Arifin, Ketua tim, munculnya ide COMET ini, ketika mereka melihat permainan aplikasi yang bernama Pokemon-Go. Permainan yang sempat booming dan meraih 50 juta pengguna juta dalam waktu beberapa hari ini menggunakan teknologi rekayasa visual.
“Disitu kami melihat peluang yang sangat bagus terkait teknologi ini. Akhirnya kami tergerak untuk membuat media edukasi berteknologi rekayasa visual yang diimplementasikan pada objek museum karena masih tergolong sepi pengunjung,” ungkapnya.
COMET, kata Arifin merupakan sebuah aplikasi yang sangat mudah digunakan baik oleh pengunjung maupun pengelola museum. Karena aplikasi mobile COMET ini dapat mengintegrasikan koleksi museum dengan kamera device iOS/Android.
Selain itu, mereka juga menyediakan fitur interaktif dan metode edukasi dengan tampilan objek 3D yang seolah-olah bergerak serta audio yang berisi penjelasan. Sehingga para pengunjung dapat berinteraksi dengan koleksi di Museum.
Kemudian adalah menggunakan teknologi bernama CMR (Computer Mediated Reality). CMR merupakan sebuah konsep teknologi yang dapat mengubah persepsi realitas dengan menambahkan atau mengurangkan dari pemandangan aslinya.
Implementasi teknologi CMR pada Museum IMERI FKUI menyasar pada tiga fitur utama. Ketiga fitur itu yakni pemandu museum berbasis Augmented Reality (dengan menghadirkan pemandu virtual pada setiap objek yang ada pada museum), edukasi anatomi jantung berbasis Virtual Reality dan edukasi CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) untuk pertolongan pertama henti jantung pada bayi berbasis Mixed Reality.
Bila COMET digunakan pada anatomi jantung, maka pengunjung seolah-olah akan memasuki sebuah ruang virtual dengan model jantung yang secara langsung dapat diinteraksikan oleh pengguna. Selain itu juga dapat mempermudah pengguna mempelajari tentang anatomi pada jantung manusia.
Demikian pula pada bagian edukasi CPR, para pengunjung akan dibawa untuk simulasi CPR yang dilengkapi dengan sensor. Sehingga simulasi mendekati keadaan sesungguhnya dan secara langsung dibantu dengan pemandu virtual yang muncul melalui smart glasses.
Arifin dan teman-teman berharap, aplikasi COMET Museum ini mampu meningkatkan daya tarik masyarakat pada museum. selain itu juga dapat membantu khalayak intelektual seperti pelajar, guru, dosen, maupun ahli dalam suatu bidang sebagai alat bantu belajar atau mengajar.[]