More

    Keberagaman Olahan Tekstil Mahasiswa ITB di Perhelatan Mode Bandung

    (1). Karya Arlene Dwiasti Soemardi
    (2) Karya Rahmi Nurhafisa
    (3) Karya Rindrianti Septiana Wahyuningsih
    (4) Karya Amatya Talita
    (5) Karya Valeria Atiyasanta
    (6) Karya Ni Made Santi Udiyani
    (7) Karya Quina Anggia Esmeralda
    (8) Karya E L G A NA

    BANDUNG, KabarKampus – Karya fashion terbaik mahasiswa Program Studi Kriya FSRD ITB tampil dalam perhelatan mode terbesar #23 Fashion Distrik di 23 Paskal Shopping Centre, Bandung, Sabtu, (08/09/2018). Dalam perhelatan yang digelar oleh Indonesia Fashion Chamber (IFC) ini, mahasiswa ITB menghadirkan delapan karya terbaik dari delapan mahasiswa.

    Seluruh karya mahasiswa ini dibalut dalam tema “Aggrandising Tactile” yang merupakan hasil tugas akhir dari mahasiswa Prodi Kriya FSRD ITB. Dalam tema tersebut, mereka menyajikan koleksi dengan keberagaman visual dan estetika dari hasil material olahan tekstil.

    Seperti karya Arlene Dwiasti Soemardi yang menampilkan eksplorasi teknik tenun dengan memainkan transparansi kain. Karya yang merupakan hasil kerjasama dengan pengerajin tenun di Majalaya dan Bali ini terinspirasi dari Pantai Pandawa di Bali. Karya Arlene ini juga sekaligus mempertegas bahwa potensi wisata Indonesia dapat juga menjadi inspirasi bagi fashion desainer.

    - Advertisement -

    Kemudian karya Rahmi Nurhafisa yang mengambil motif batik sebagai sumber inspirasinya. Ia mengolah batik Tulungangung dengan teknik applique dengan memunculkan tekstur pada permukaan kain.

    Sementara rancangan Ridrianti Septiana Wahyuningsih, terinspirasi dari lamella jamur tiram. Ia mengolahnya dengan teknik bordir dan pleats untuk memainkan tekstur dan volume.

    Karya selanjutnya merupakan rancangan Amatya Talita. Ia menerapkan teknik sablon manual dengan material utama pasta binder puff yang terinspirasi dari tebing Kelebamaja di Nusa Tenggara Timur.

    Rancangan kelima dari mahasiswa ITB ini adalah karya Valeria Atiyasanta yang terinspirasi dari tekstur dan warna natural karat. Dalam pengerjaanya, Valeria memanfaatkan teknik reka latar untuk mencapai tampilan visual yang rustik dan eklektik.

    Karya keenam adalah karya Ni Made Santi Udiyani. Santi menggabungkan tradisi lokal wayang Kamasan dengan teknologi digital print untuk mendapatkan efek teatrikal pada rancangannya.

    Selanjutnya, rancangan ketujuh berasal dari Quina Anggia Esmeralda. Ia menghadirkan produk fashion dengan motif tapis kaca dan teknik tapestry. Pada proses pembuatannya Quina memanfaatkan serat serta pewarna alami.

    Karya terakhir adalah rancangan E L G A N A. Sama seperti Santi, E L G A N A juga menyajikan wayang yaitu sisi lain dari karakter Sinta dari cerita Ramayana. Ia menyajikannya dalam kostum panggung yang megah.

    Gelaran 23 Fashion District 2018 berlangsung dari tanggal 07 hingga 09 September 2018. Kegiatan fashion show dan exhibition karya ini melibatkan lebih dari 50 desainer Indonesia. [] Teks & Foto : Fauzan Sazli

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here