Perjalanan jarak jauh dengan menggunakan pesawat terbang seringkali membuat tubuh sangat lelah atau biasa dikenal dengan “jet lag”. Kondisi yang dialami biasanya gangguan pada pola tidur, rasa selalu mengantuk, dan kelelahan.
Namun rupanya para peneliti Universitas Sydney menemukan cara bagaimana menghindari jet lag”. Hasil temuan hasil kerjasama antara Universitas Sydney dan perusahaan penerbangan Qantas ini diungkapkan pada sebuah konferensi tidur di Brisbane.
Jangan terlambat
Bagian pertama dari penelitian ini, dimulai pada awal tahun 2018, melibatkan peneliti dari Charles Perkins Centre di Universitas Sydney yang meninjau semua penelitian relevan tentang cara non-farmakologis untuk melawan jet lag.
Dr Sun Bin, peneliti kesehatan masyarakat mengatakan, tidak ada strategi yang sejauh ini efektif untuk mengurangi penderitaan akibat penerbangan panjang. Namun yang mereka tahu cahaya adalah faktor terpenting dalam jet lag. Faktor lainnya yang tidak banyak orang bicarakan adalah faktor perencanaan.
Selain itu tambahnya, penelitian ini memberi tahu, bahwa mereka perlu mengubah jam tubuh selama berhari-hari. Bahkan berminggu-minggu sebelum naik ke pesawat. Hal tersebut perlu terus dilakukan dan bersamaan dengan itu hindari alkohol dan minu yang cukup.
Bagi Dr Bin, pada dasarnya, jet lag adalah ketidakcocokan antara jam tubuh dan waktu di tempat tujuan. Sehingga apa yang ingin dilakukan adalah mencoba dan menggeser jam tubuh seperti waktu di tempat tujuan.
“Misalnya, jika Anda terbang dari Australia ke London, Anda bepergian ke barat, yang berarti Anda perlu menunda jam tubuh Anda. Beberapa hari sebelum Anda terbang, Anda benar-benar harus tidur sedikit lebih lambat, mungkin setengah jam, lalu satu jam lebih lambat dalam tiga atau empat hari sebelum Anda terbang,” saran Dr Bin.
Menurut penelitian ini, mencari sinar matahari di tempat tujuan terlalu sedikit, terlalu terlambat. Seseorang sangat baik dalam mencoba mendapatkan cahaya pada saat yang tepat, jadi cobalah pergi ke luar mencari sinar matahari di siang hari.
“Tapi kita tak begitu baik dalam menghindari cahaya ketika seharusnya itu adalah malam hari -jadi hal-hal seperti melihat komputer, melihat ponsel Anda, semua hal itu dianggap sebagai masukan cahaya untuk sistem tubuh,” terangnya.
Maskapai bisa membantu
Sejumlah maskapai penerbangan sedang merancang pesawat untuk memperbaiki bagaimana penumpang mengalami penerbangan panjang. Beberapa termasuk fitur seperti tekanan kabin untuk membuat bernapas lebih mudah dan jendela yang lebih besar yang secara elektronik disinkronkan menjadi gelap atau terang dengan pencahayaan kabin.
Qantas juga mendesain ulang ruang tunggu, memperbarui menu di pesawat, dan menawarkan kelas meditasi di dalam pesawat.
“Ilmu siklus biologis benar-benar solid,” kata Dr Bin.
Qantas meminta peneliti untuk memberi masukan tentang desain pencahayaan kabin. Tentunya jika penerbangan semakin panjang, mereka perlu menggunakan waktu di pesawat untuk mencoba dan menggeser jam tubuh, dan itu menghemat waktu Anda untuk mencoba beradaptasi di tempat tujuan.
Contoh penggunaan cahaya untuk mengurangi efek penerbangan panjang adalah perjalanan Socceroos tahun 2017 dari Honduras ke Australia. Tim itu memakai kacamata terapi cahaya yang dirancang oleh ilmuwan olahraga, Dr Craig Duncan.
Kacamata ini memaparkan mata ke cahaya biru-hijau yang bisa digunakan untuk mengatur pola tidur dan membantu mengatur ulang jam tubuh dengan menekan produksi melatonin, hormon yang mulai diproduksi di malam hari saat kita hendak tidur.
Para pemain mengenakan kacamata untuk tetap terjaga selama bagian pertama penerbangan -perjalanan 9,5 jam antara San Pedro Sula dan Honolulu -dan kemudian beralih ke kacamata gelap untuk memotivasu tidur selama bagian terakhir dari perjalanan.
Pesawat itu juga tetap gelap selama 10 jam ke Sydney, sehingga para pemain bisa tidur dan menggeser jam tubuh mereka lebih dekat ke waktu Sydney.
Tahap kedua dari penelitian ini melibatkan studi Kesehatan dan Kesejahteraan di Udara, dimana beberapa penumpang pada rute 17 jam dari Perth ke London akan diminta untuk memakai perangkat yang mencatat aktivitas fisik, tidur dan perubahan postur, dan untuk mengisi kuesioner tentang keadaan pikiran mereka dan apa yang mereka makan dan minum selama penerbangan.
Informasi akan dikumpulkan untuk membangun gambaran tentang bagaimana tiap orang terpengaruh. Namun Dr Bin yakin ada lebih banyak hal yang bisa ditemukan tentang dampak penerbangan jarak jauh.
“Salah satu faktor yang hilang dari banyak penelitian adalah gagasan jet lag sebagai keletihan perjalanan, serta gangguan jam tubuh Anda, dan itu adalah sesuatu yang belum ditangani sama sekali,” katanya.
“Penumpang di pesawat terpapar potensi percepatan 20 jam, getaran, perubahan kualitas udara dan tekanan udara dan tingkat oksigen, dan kami benar-benar tidak tahu apa dampaknya terhadap kelelahan dan kebugaran mereka.”
“Jadi itu adalah sesuatu yang benar-benar ingin kami pelajari.”