DEPOK, KabarKampus – Data dari Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkapkan bahwa indeks ketahanan energi nasional dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini, skor indeks ketahanan energi Indonesia berada di angka 6,57 atau masuk di kondisi tahan (6 – 7,99). Ada beberapa alasan skor tersebut belum mencapai nilai sangat tahan, sebab aspek accessibility dan acceptability yang dinilai masih sangat kurang.
Guna mengambil peran perguruan tinggi dalam mendukung ketahanan energi Indonesia, Program Studi Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia bersama PT Pertamina Gas Negara, Tbk menyelenggarakan webinar yang bertajuk “Wujudkan Ketahanan Energi Melalui Peran Generasi Muda” secara daring pada Kamis (02/06/2022) lalu.
Dua narasumber mengisi acara ini, yaitu Division Head Marketing PT Pertamina Gas Negara, Tbk., Houstina Dewi Anggraini dan Presiden Environmental Health Student Association (ENVIHSA) Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 2021, Edgar Zeta. Dalam pemaparannya, Houstina menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia saat ini masih kurang memahami pentingnya ketahanan energi yang berdampak besar bagi pembangunan nasional berkelanjutan.
“Kemandirian energi di Indonesia saat ini didominasi oleh penggunaan batu bara dan minyak bumi. Bahkan, Indonesia juga masih melakukan impor sebesar 32% kebutuhan minyak bumi nasional dan 76% kebutuhan LPG nasional. Hal tersebut, menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh dari perwujudan negara yang memiliki kedaulatan energi,” ungkapnya.
Berkaitan dengan kedaulatan dan ketahanan energi, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025 mencanangkan Indonesia menjadi negara yang adil, makmur, mandiri, dan maju. Salah satu perwujudannya adalah melalui pengurangan penggunaan bahan bakar batu bara dan minyak bumi pada tahun 2025 yang dikonversikan menjadi energi baru dan terbarukan (EBT). Dalam hal ini, pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi emisi dari bahan bakar dan menggantikannya dengan EBT.
Beberapa kebijakan energi nasional yang telah dilakukan oleh pemerintah, yaitu memaksimalkan penggunaan EBT; pengurangan penggunaan minyak bumi dan batu bara; optimalisasi penggunaan gas alam dan EBT untuk konsumsi domestik; serta penghematan batu bara melalui penggunaan energi bersih. “PGN juga berperan dalam menjaga ketahanan energi nasional melalui peningkatan pemanfaatan gas sebagai energi ramah lingkungan dan pembangunan infrastruktur energi untuk menyuplai ke konsumen akhir. Selain itu, harga gas yang lebih terjangkau, serta penyediaan pasokan gas dari berbagai sumber dan dalam jangka panjang juga dilakukan oleh PGN,” ujar Nina.
Narasumber selanjutnya, Edgar Zeta, menjelaskan bahwa peran dari masyarakat khususnya generasi muda, menjadi sangat penting sebagai agen perubahan dalam menjaga ketahanan energi nasional. Ia menyampaikan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pentingnya ketahanan energi bagi masyarakat, yaitu pertama, kebutuhan yang semakin meningkat; kedua, SDA terbatas; ketiga, penopang perekonomian; keempat, emergency preparedness; kelima, keadilan sosial; serta keenam, ketahanan nasional.
“Generasi muda tentunya memiliki peran penting untuk mendukung ketahanan energi. Banyak hal yang dapat dilakukan kita saat ini dan berdampak besar bagi ketahanan energi di masa mendatang. Budaya jalan kaki dan penggunaan transportasi umum menjadi salah satu kebiasaan yang dapat mulai dilakukan untuk mendukung ketahanan energi tersebut,” ujar Edgar.
Menurutnya, pemberdayaan masyarakat melalui sejumlah sosialisasi mengenai ketahanan energi, budaya hemat energi, pemanfaatan limbah untuk energi alternatif, pengembangan EBT, serta pemikiran visioner di masa mendatang juga menjadi hal yang perlu dilakukan oleh generasi muda.
Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, mengatakan bahwa kegiatan webinar tersebut dapat berdampak luas bagi masyarakat Indonesia. “Saya sangat mengapresiasi para mahasiswa dan dosen yang terlibat dalam penyelenggaraan webinar tersebut. Sesuai dengan profesi kehumasan di industri, yaitu sebagai pembangun awareness, mereka dapat belajar bagaimana membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya ketahanan energi yang berdampak di masa mendatang,” ujar Padang