GAYA HIDUP

Di tengah derasnya arus informasi dan konten viral yang muncul setiap detik di media sosial, kita dituntut semakin cerdas dalam memilah dan memahami informasi. Tidak semua yang ramai di linimasa punya nilai edukatif. Banyak juga yang justru menyesatkan atau sekadar “konten sampah”.

Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu pilar penting dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, selain pendidikan dan penelitian. Melalui kegiatan ini, kampus tidak hanya berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai motor perubahan sosial yang hadir langsung di tengah masyarakat. 

Menjadi mahasiswa bukan berarti harus tampil seadanya. Di tengah padatnya jadwal kuliah dan tugas, penampilan tetap bisa jadi bentuk ekspresi diri yang menyenangkan. Tapi tenang, Kawan Kampus tidak perlu merogoh kocek dalam untuk tampil stylish. Kuncinya adalah pintar mix and match serta tahu cara berbelanja dengan bijak. 

Menjadi mahasiswa bukan hanya soal kuliah dan tugas. Dunia kampus menawarkan banyak kesempatan untuk tumbuh, belajar, dan bersenang-senang di luar ruang kelas. Salah satu cara terbaik untuk memperluas pengalaman adalah dengan mengikuti berbagai event kampus.

Jadi mahasiswa tuh katanya “Masa paling indah dalam hidup.” Tapi siapa pun yang udah pernah ngerasain pasti tahu itu cuma setengah dari kebenaran. Di balik vibe nongkrong di kantin, outfit ke kampus yang sok santai tapi niat, dan cerita-cerita romantis ala film kampus, ada juga realita yang kadang pahit banget. 

Menjadi mahasiswa bukan hanya soal belajar di kampus—tapi juga tentang bagaimana bertahan hidup dan mengelola keuangan dengan bijak. Salah satu keuntungan eksklusif yang sering diabaikan adalah diskon khusus untuk mahasiswa. Diskon ini bisa menghemat pengeluaran bulanan secara signifikan, terutama jika dimanfaatkan dengan strategi yang tepat.

Menjadi mahasiswa adalah masa transisi penting Kawan Kampus menuju kedewasaan, termasuk dalam hal mengelola keuangan. Di tengah gaya hidup kampus yang dinamis, godaan untuk mengonsumsi tanpa perhitungan bisa sangat besar. Mulai dari nongkrong di kafe, membeli gadget terbaru, hingga berbelanja impulsif secara daring—semua bisa menjadi pintu masuk pada jeratan hutang konsumtif.