Ahmad Fauzan Sazli
Salatiga, KabarKampus – Adanya trend batik dikalangan masyarakat membuat produksi batik lokal mulai berkembang pesat. Namun pengerajin batik biasanya menggunakan pewarna sintetik untuk produksinya. Padahal pewarna tersebut mengandung logam berat dan tidak dapat terurai oleh lingkungan.
Karena itu Aji Bayu Kurniawan dan Yoga Asmara Mahasiswa D3 Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) menggagas penelitian terhadap bahan pewarna dari alam sebagai pewarna alami batik. Salah satunya dari kulit manggis yang selama ini merupakan bahan yang dibuang.
Limbah kulit manggis berpotensi untuk diolah kembali untuk dijadikan pewarna alami Batik. “Antosianin yang merupakan zat pewarna terdapat dalam kulit buah manggis, mengingat sifatnya terdegradasi oleh suhu dan pH, maka digunakanlah teknologi mikroenkapsulasi yang bersifat mengemas dan melindungi.” Kata Aji Bayu Kurniawan.
Aji mengungkapkan, bahwa pengolahan kulit buah manggis cukup sederhana dimana kulit kering di giling menjadi tepung kemudian Antosianin di ekstraksi dengan air lalu setelah ditambahkan campuran maltodekstrin (pati) di akhiri dengan spray drying sehingga terciptalah serbuk pewarna.
Menurut Aji, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga terciptalah produk pewarna alami yang kualitasnya tidak kalah dengan pewarna sintetik sehingga marak digunakan oleh para pengrajin dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Gagasan Aji Bayu Kurniawan dan Yoga Asmara dari D3 Teknik Kimia ini mampu menyandang predikat Juara 1 kategori Bidang Pertanian Lomba Karya Tulis Inovatif Mahasiswa ( LKTIM ) tingkat Universitas Se-Jateng yang diselenggarakan oleh Diknas Jateng di Salatiga beberapa waktu lalu.[]
ada yg lbh praktiskah utk mewarna menggunakan kulit manggis??
terima kasih bnyak gan infonya, memang kulit manggis sangat bermanfaat sekali bagi kita,selain bisa di jadikan bahan pewarna batik,kulit manggis juga bisa di jadikan obat tradisional berbagai macam penyakit.