More

    Kritik Lewat Twitter, Presma Universitas Telkom Diskorsing

    Ahmad Fauzan Sazli

    19 02 2014 Save IcanBANDUNG, KabarKampus – Muhamad Maulana Riswandha, Presiden Mahasiswa Universitas Telkom (Unitel) harus menerima kenyataan bahwa dirinya diskorsing oleh pihak rektorat Unitel. Maulana atau yang biasa disapa Ican ini dalam Surat Keputusan Rektor dianggap telah terbukti melakukan pelanggaran etika yang berlaku di Universitas Telkom.

    Skorsing kepada Ican tertulis dalam Keputusan Rektor Nomor KR.007/ORG22/REK.0/2014. Dalam surat ini memutuskan Muhamad Maulana Riswandha, dijatuhi skorsing selama tiga bulan, terhitung sejak tanggal 3 Febuari 2014 hingga 03 Mei 2014. Selama diskorsing ia tidak berhak melakukan aktivitas akademik dan kemahasiswaan. Ia juga tidak berhak menjadi pengurus kemahasiswaan di lingkungan Universitas Telkom.

    - Advertisement -

    Ican menuturan, skorsing tersebut didapatnya karena pada tanggal 07 November 2013, ia mengkritik kampus lewat akun twitternya @icannnn. Pada saat itu ia ngetwiit sebanyak 27 kali.

    Salah satu twittnya yang diangap bermasalah antara lain, “Jadi mungkin dalam waktu dekat akan diadakan audit terhadap yayasan, bahkan dimungkinkan untuk mengganti ketua yayasan #TU @bem_itt”.

    Ican mengatakan, kemudian pada tanggal 12 Desember 2013 ia disidang oleh Komisi Disiplin. Dalam sidang itu ia dianggap telah mencemarkan nama baik kampus kepada dunia luar lewat twitter.

    “Persepsi mereka dengan mencemarkan kampus, nanti orang-orang ngga mau masuk Universitas Telkom,” jelas Ican kepada KabarKampus.

    Ican mengungkapkan, setelah disidang, ia diminta untuk meminta maaf dengan isi surat permintaan maaf yang sudah disediakan oleh pihak rektorat. Dalam surat permintaan maaf itu terdapat kalimat bahwa ia menyetujui 27 kalimat yang yang ditulisnya di twitter adalah salah. Kemudian ia juga tidak boleh mengulanginya dan bila mengulanginya akan menerima sangsi tertentu.

    “Tentu saya menolak menandatangani surat permintaan maaf tersebut. Karena sebagai presiden mahasiswa kritik tidak bisa dihindari,” jelas Ican.

    Kemudian menurut Ican, setelah menolak meminta maaf, pada tanggal 24 Januari 2014 surat skorsing tersebut diberikan kepada dirinya.

    Ican yang baru terpilih sebagai Presiden Mahasiswa Unitel ini tidak terima dengan sikap rektorat tersebut. Baginya tidakan rektorat yang represif seperti ini akan berdampak buruk kepada mahasiswa yang lain.

    “Nantinya mahasiswa takut mengkrtik karena rektoratnya represif,” kata Ican.

    Selain itu menurut Ican, sudah seharusnya pemimpin siap dikritik. Apalagi dunia kampus adalah dunia intelektual. Respon terhadap kritikan seharusnya tidak boleh seperti itu.[]

    - Advertisement -

    6 COMMENTS

    1. Mengkritik sah2 aja, tapi jangan masalah internal dapur sendiri di share di media sosial kek gitu. bukannya malah baek malah jadi buruk tuh nama kampus.
      lagian tujuannya apa sih buat nyelametin 1 orang? 1 kampus tujuh turunan kena imbasnya?
      terus besok si ican masuk insert investigasi ?

    2. To: All Mahasiswa Indonesia

      Indonesia adalah negara Demokrasi, tetapi saat ini Demokrasi itu disalah artikan bahwa kita itu boleh sebebas-bebasnya berpendapat atau lebih cenderung liberal. Padahal, demokrasi kita itu Demokrasi Pancasila bukan berarti kita tidak boleh berpendapat tetapi berpendapat itu harus dengan cara/strategi yang santun sesuai sila IV (musyawarah). Penuntutan hak itu boleh tetapi ingat ada 1 ayat pasal 28 j yang sering dilupakan bahwa kewajiban kita adalah menghormati hak orang lain. hayoooo semuanya renungkan “apakah tindakan kita ini melanggar hak orang lain tidak?”…….Demonstrasi itu merupakan salah satu strategi dalam menyampaiakan pendapat, tetapi itu bukan satu-satunya strategi yang baik. Ingat, Pancasila sudah memberikan arahan bahwa orang yang bijak adalah orang yang mau menghargai dan menghormati orang lain yaitu penyelesaian masalah itu melalui musyawarah bukan demonstrasi (solusi dasar negara kita). Demonstrasi boleh dilakukan tetapi ingat ada aturannya dalam berdemonstrasi, coba kalian lihat dulu syarat-syarat untuk berdemo. Penyampaian pendapat boleh dilakukan tetapi ingat, harus sesuai aturan dan santun. Penyampaian pendapat melalui media sosial boleh tetapi ingat aturannya; UU IT nya apakah kita dalam penyampaiannya tidak melanggar hak orang lain?apakah kita dalam menyampaikannya tidak merugikan orang lain? Kadang kita pingin menjadi pahlawan tetapi ingat seharusnya pahlawan yang memang benar-benar sadar hukum dan tidak melanggar hak orang lain.
      Pancasila kita sudah jelas bahwa pemecahan masalah itu yang pertama harus dengan musyawarah, musyawarah tidak akan mendatangkan banyak kerugian bagi orang lain. Daripada, menulis di media sosial satu kata satu kalimat dengan tidak sadar kalian sudah merugikan banyak orang.
      Masa-masa muda sebagai mahasiswa secara psikologi memang sedang ingin menunjukkan aktualisasi dirinya; aktualisasi diri itu harus pada tempatnya “tunjukkan prestasimu” ingat kewajiban kita ke kampus itu apa”BELAJAR” orang tua kita berharap penuh atau menopang harapan bahwa kita ke kampus itu untuk belajar, cepat lulus dengan IPK bagus, cepat dapat kerja. Orang tua kita sudah rela menghabiskan berapa rupiah untuk kita?coba ibarat kita 1 hari 10rb, kos 1 tahun 3 jt….coba bila kalian lulus tepat waktu 4 tahun berapa yang sudah dikeluarkan?janganlah kita pupus harapan orang tua kita; kasihan mereka siang malam tidak berhenti mendoakan kita dan bekerja untuk kita. Buat Banggalah mereka dengan Prestasi Kita bukan dengan Idealisme atau Perbuatan Kita. Masa Depan Kita masih panjang, ukirlah dengan sikap, perbuatan yang baik dan pengetahuan kita.

      Jadilah mahasiswa yang Baik dan Cerdas…..

    3. Generasi Muda yang sudah terpengaruh dengan budaya pemimpin jaman sekarang..
      Koar2 doang bisanya di jejaring sosial…
      BODOH!!

      PAHAMI dulu tri darma Perguruan tinggi, baru nyalon PRESMA..
      PRESMA tu bukan Prestasi Maya, tapi Prestasi Mahasiswa, inget MAHASISWA lho, bukan MAHASIWA.

    4. Dilematik kerap terjadi menimpa Mahasiswa/i perguruan tinggi, yang mempunyai keKritisan nalar dan mempertahankan nilai-nilai universal idialismenya, namun apa yang kerap terjadi kampus yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu dan mempertajam pola fikir manusia t’lah dibelenggu paksa oleh pihak internal sendiri, membatasi, mengekang bahkan tak segan-segan menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa/i yang mencoba mengkritk kampus meskipun langkah yang diambil oleh pihak kampus itu salah. Jikalau tidak mau di kritik hiduplah seorang diri di tengah rimba atau di dasar lautan yang dalam, raja sekali pun sering mendapatkan kritikan bahkan nabi pun mengalami hal yang sama. Beginilah cerminan bangsa kita yang selalu mengedepankan keEgoisannya dan seringkali memanipulasi history (sejarah).

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here