Penelitian Mahasiswa Undip, Jadikan Karat Besi Bernilai Tinggi

Ilustrasi karat besi. Foto : hiveminer.com

Setiap benda yang terbuat dari besi semuanya berpotensi berkarat. Biasanya besi yang telah berkarat dianggap sebagai limbah, kemudian dibuang atau dijual kepada pengepul barang bekas. Padahal karat besi, bila diolah dapat memiliki manfaat dan nilai yang tinggi.

Manfaat karat besi ini terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip). Mereka melakukan analisis dan memanfaatkan limbah karat besi (Fe3O4) menjadi material magnetik nano (Fe3O4).

Para mahasiswa ini terdiri dari Nanda Al Faizah dan Hani Ma’rufah mahasiswa Fisika 2016, serta Nurwarrohman Andre Sasongko, mahasiswa Kimia 2015. Penelitian mereka diharapkan menjadi solusi terhadap penanganan pencemaran lingkungan oleh limbah karat besi.

- Advertisement -

“Seperti kita ketahui di alam ini banyak sekali ditemui karat besi, seperti pagar rumah, engsel bekas, atap rumah dan sebagainya. Semuanya berpotensi untuk berkarat. Dari sana, kami ingin memanfaatkan karat besi yang dianggap sebagai limbah ini menjadi material yang lebih berguna,” kata Nanda Al Faizah, salah satu peneliti kepada KabarKampus.

Selain itu, menurutnya, bila limbah karat besi dibuang begitu saja, maka dapat menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Sementara bila dijual kepada pengepul barang bekas, harga jualnya pun rendah.

Menurut Nanda, karat besi tersebut mereka olah menjadi material nano. Teknologi nano inilah yang membuat sifat kemagnetan karat besi meningkat. Sehingga sifat kemagnetan karat besi dapat dimanfaatkan menjadi sebuah produk industri.

Untuk menghasilkan magnetik nano, ada serangkaian proses yang Nanda dan tim lakukan. Seperti membersihkan besi yang berkarat menggunakan kuas dan mengamplasnya hingga menghasilkan serbuk. Mengekstrasi serbuk menggunakan magnet lemah.

Kemudian menyamakan ukuran butir serbuk dengan dengan menggunakan ayakan Mesh (variasi 150, 200, 250) dan memisahkannya antara organik dan non organik. Lalu serbuk tersebut mereka panaskan melalui oven dengan suhu 300, 400, 500 derajat celsius.

“Hasil serbuk itu juga kami giling dengan alat HEM (High Energy Milling ) untuk menghasilkan serbuk dengan ukuran nano,” jelas Nanda.

Selanjutnya, Andre menambahkan, teknologi nano merupakan pembuatan dan penggunaan material pada ukuran yang sangat kecil (1 nanometer setara dengan 10-9 meter). Bila material karat besi dibuat ukuran nanometer, maka akan mempunyai keistimewaan tersendiri dibanding dengan material makro. Karat besi berukuran nano ini memiliki sifat feromagnetik dan memiliki peluang aplikasi yang luas.

“Salah satu kelebihan magnetik ini yaitu sifat feromagnetiknya mampu mengabsorbsi gelombang elektromagnetik melalui mekanisme kemagnetan khususnya terhadap atom-atom atau ion-ion logam yang bersifat paramagnetik,” ungkap Andre.

Banyak produk bisa dihasilkan dari karat besi nano ini. Seperti dalam bidang industri, dapat digunakan sebagai sensor dan katalis. Sementara pada dunia medis dapat digunakan sebagai Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik dan drug delivery.

Saat ini penelitian Nanda dan tim masih menunggu hasil uji  Vibrating Sample Magnetometer (VSM) dan analisisnya. Salah satu tim Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang penelitiannya didanai Ristek Dikti ini berharap, akan ada teman-teman peneliti lainnya yang meneruskannya menjadi produk.[]

- Advertisement -

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here