More

    Cahaya Timur di Kampus Biru

    Monica Rantih Pertiwi-Suara Mahasiswa UNISBA

    Matahari telah menyelinap diantara awan. Sosok lelaki tua dengan kerutan wajah yang mendominasi, berambut pendek rapi, dan mengenakan serangam warna biru, memulai kisahnya dengan mengayuh sepeda ontel ke arah kampus biru.

    - Advertisement -

    Kota terasi, Cirebon, 58 tahun silam, merupakan kampung halaman, tempat dimana ia dilahirkan. Bapak dari ketiga putri, Dewi Yuningsih (32), Yani Nurhaini (30), Siti Juleha (25)  dan dua putra, Suparman (35), Agung Mulyadi (13) ini bernama, Duki Ramlan. Wujud cintanya pada kampus biru, ia torehkan lewat pengabdian sebagai cleaning service yang telah digeluti sejak akhir 1990.

    Ukuran tubuh kecil dan tenaga yang tidak lagi tangguh, bukan menjadi hambatan berarti untuknya. Motivasi dari itu semua hanya satu, ibadah. “Demi tanggung jawab dan keinginan membahagiakan keluarga juga,” tambahnya.

    Kini ia tinggal di Jl. Sekemirung No. C34 Kel. Cigadung, Cibeunying Kaler, Bandung. Pekerjaan sebagai loper koran pun sampai sekarang masih ia tekuni untuk menambah biaya kehidupan keluarga. Hidup di Bandung memang tak murah lagi.

    Cleaning service masjid Asy’ari Unisba ini hanya sempat mengenyam pendidikan dibangku menengah pertama seperti Dede Sumarsih (53) istrinya. Namun, hal tersebut tidak membuatnya pesimis. Keinginan agar buah hati lebih baik darinya, selalu menjadi acuan tersendiri. Dengan gaji yang tidak lebih dari Rp.700.000 per bulan, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang menengah atas.

    Kerja keras dan semangat Pak Duki Ramlan, patut untuk ditiru. Bahkan, ketika matahari masih bersembunyi diantara awan, ia sudah mempersiapkan diri untuk mencari nafkah. Mencoba bersahabat dengan udara pagi yang menusuk perlahan melewati rongga baju yang terbuka. Demi keluarga, anak istrinya. []

     

     

     

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here