Ahmad Fauzan Sazli
JAKARTA, KabarKampus – Sekitar seratus orang yang tergabung dalam Solidaritas Kemanusiaan untuk Papua menggelar aksi menyalakan lilin di Bundaran HI, Jakarta, Kamis, (28/06). Aksi ini terkait maraknya kekerasan yang terjadi di Papua.
“Kami kecewa kenapa tokoh-tokoh pemuda yang menyuarakan kebenaran pasti akan dibunuh. Kalau kemarin Mako Tambuni dibunuh, mungkin besok kami yang menyuarakan kebenaran akan dibunuh,” kata Marthen Goo koordinataor Nasional Papua Solidarity (Napas).
Menurut Marthen, Mako adalah tokoh pemuda yang kritis menyuarakan kebenaran kepada pemerintah. Mako tewas ditembak aparat kepolisian saat hendak ditangkap di Papua.
Ia mengungkapkan, bahwa SBY melalui pernyataannya justru menganggap kekerasan yang terjadi di Papua adalah skala kecil, padahal satu orang warga negara mati adalah satu hal yang besar. Artinya pemerintah justru memberikan ruang kekerasan di Papua tetap terjadi.
“Saya berharap pemerintah memberikan ruang dialoq untuk menyelesaikan masalah Papua secara bermartabat,” tuntut Marthen.
Dalam aksinya massa mengelilingi Bundaran HI dan menggelar tari-tarian khas Papua. Massa juga membawa spanduk berisi kecaman terhadap pemerintah serta meneriakan yel-yel menuntut demokrasi di Papua “What do you want? Papua demokrasi!” kata massa aksi []