Ahmad Fauzan Sazli
SOLO, KabarKampus – Terinspirasi dari temuan dosennya yang berhasil merancang cairan untuk mengatasi retak pada beton sehingga beton bisa kembali utuh seperti kondisi semula. Lima mahasiswa Teknik Sipil yakni, Wanda Nugraha, M. Hafiz Ansar Haq, Petrich Meysha Buana, Rizal Raissa Hilyanto, dan Aditya Krisnanda terpancing untuk membuat beton yang lebih kokoh untuk mencegah retak.
Beton rancangan mahasiswa ini memiliki kekuatan hingga 130 Mpa. Berbeda dari beton yang sering digunakan saat ini yakni, 40-50 Mpa,
Wanda Nugraha mengungkapkan, beton Ultra High Performance Concrete (UHPC) mereka bersifat ramah lingkungan. Karena beton ini menggunakan lebih sedikit semen daripada beton yang biasa dibuat oleh industri. Sebagai gantinya, mereka menambahkan fly ash (abu sisa pembakaran batu bara) dan abu sekam padi ke dalam campuran betonnya.
“Dengan bahan-bahan itu, setiap 1 meter kubik beton bisa menghemat sebanyak sekitar 140 kg semen. Kalau beton yang biasa dibuat untuk 1 meter kubik dengan kekuatan 100 MPa menghabiskan 600 kg. Sedangkan beton rancangan kami hanya membutuhkan 459 kg,” kata Wanda seperti yang dilansir dari laman UTS, Kamis, (05/07).
Menurut Wanda, penggunaan fly ash dan abu sekam padi dipilih karena kedua bahan tersebut memiliki kandungan silica yang banyak. Kandungan itu bisa digunakan untuk menggantikan fungsi semen. “Setiap 1 kg semen melepaskan 0,4 kg CO2 ke udara, hal ini dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca,” jelas Wanda.
Wanda mengaku beton rancangan mereka lebih murah daripada beton precast yang biasa dibuat oleh industri. Untuk 1 meter kubik beton UHPC rancangannya membutuhkan abu sekam padi sebanyak 80,5625 kg, air 193,025 kg, semen 459,1125 kg, fly ash 185,28 kg, pasir 1.066,02 kg, dan superplastisizer 3,9087 kg. Total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 1,169.000. “Itu lebih murah dibandingkan dengan beton biasa yang mencapai 1,3 – 1,4 juta untuk setiap meter kubiknya,” jelas Wanda.
Beton yang berhasil menjuarai Sayembara Nasional Karya Tulis Ilmiah National Forum for Junior Civil Engineering 2012, 25 Juni 2012 lalu di Universitas Trisakti ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut. “Beton ini kuat tekanan tapi lemah pada tarikan. Kami masih perlu cara lain untuk bisa menghasilkan yang kuat di tarikan juga. Tapi kalau soal strength kami udah dapet,” terang Wanda. []