More

    Tiga Titik Hitam Scene Underground Indonesia

    23032013 TITIK HITAM scene underground indonesia

    Prabowo Setyadi

    Musik underground bagai awan berarak, tertiup angin dan menjatuhkan air segar di tengah kebosanan musik yang mendayu-dayu. Dari luka, putus asa, dan kesunyian bertansforma menjadi pekik kebebasan.

    - Advertisement -

    Perkembangan scene Underground di Indonesia dimulai pada decade tahun 90-an. Dengan dasar untuk mendapatkan kebebasan berekspresi dalam bermusik, mereka bergerilya membuat gigs-gigs musik.

    Musisi yang jauh dari hingar bingar musik Indonesia itu pelan-pelan bergerak. Mulai dari panggung kelurahan, Agustus-an, dari tepi kota kini menusuk dan berdenyut di jantung anak muda. Kemunculan musik underground mengisi ruang kebebasan anak muda, membebaskan dari rasa takut sejak zaman kediktatoran Soeharto hingga sekarang yang pemimpinnya mencla-mencle.

    Dari sepuluh, 12 orang dan jumlah pecinta musik keras ini terus bertambah, seperti awan yang menggumpal beriringan tertiup angin. Terus mencari bentuk.

    Perkembangan scene Underground di Indonesia tidak lepas dari pengaruh budaya musik di Eropa dan Amerika. Sex Pistol, Black Flag, NOFX, Rancid, Casualties, G.B.H, Ramones, Bad Religion, dan yang lainnya. Band-band panutan ini menginspirasi musisi underground di Bandung.

    Di Bandung muncul, Sonic Torment, Jasad, Necromancy, Puppen, Jeruji, Keparat, Sendal Jepit, Runtah, Turtle Jr, dan yang lainnya. Termasuk Burgerkill yang saat ini menjadi Ikon musik Underground di Indonesia. Keberadaan Burgerkill yang mampu menembus pasar musik mainstreem pada tahun 2003 ketika diminta oleh Sony Music Entertainment Indonesia untuk bekerja sama seakan mendobrak stigma kalau musisi atau Grup Band underground dilarang untuk bekerja sama dengan major label.

    Kerjasama tersebut terbukti tidak mematikan semangat Do It Yourself (DIY) anak-anak Burgerkill dalam berkarya.

    Eben, Frontman dari Burgerkill mengatakan apa yang dilakukan oleh Burgerkill waktu kerjasama dengan Sony adalah murni karena semangat untuk menyebarluaskan musik underground secara nasional. Merkea butuh mediasi yang lebih luas untuk menularkan virus underground.

    Polanya hanya berbeda dari treatment pasarnya saja. Kalau dari segi kualitas musik dan lirik malah lebih baik di scene underground daripada di mainstreem.

    “Sebenarnya berdiri masing-masing. Cuma treatment pasarnya kan berbeda-beda. Mainstreem ada RBT [ring back tone], video klipnya diputar di tv nasional, dan distribusi secara nasional. Kalau Market kita lebih suka nongkrong. Tapi bukan nongkrongin tv,”ujar eben.

    Eben menilai tidak ada yang berubah dengan pangsa pasar musik di Indonesia sampai saat ini. Begitu juga selera musik di Indonesia sampai sekarang masih stagnan dan membosankan. “Keberadaan scene musik underground di pangsa pasar musik Indonesia itu berdiri sendiri.”

    “Kalo dari market musik ekstrem, musik ini sudah punya kerajaan sendiri. Kita tidak peduli dengan apa yang terjadi di mainstreem. Kita lihat saja siapa yang lebih kuat. Massa yang berbicara soalnya,” jelas Eben.

    Ketika ditanya bagaimana Burgerkill mampu meramu antara semangat DIY dan nilai jual scene musik underground.

    ”Sebetulnya strateginya sama. Apapun produknya sebelum dikeluarin kita harus riset. Kecendrungan pasar seperti apa. Attitude konsumennya seperti apa. Dan itu selalu kita review setiap kita mau merilis sebuah produk. Contohnya, seperti merhandise. Kalo mau dibilang, band-band musik mainstream juga tidak menjual merchandise lebih kencang daripada musik metal. Malah mungkin mereka lebih sulit.”

    Sejarah mencatat dari jaman Black Sabbat, Iron Maiden, dan Metalica. Fans musik yang paling loyal adalah fans musik heavy metal. Itu yang membuat band seperti Metalica, Black sabbat, dan Iron Maiden masih bisa hidup dan produktif ya karena mereka punya fans yang kuat.

    “Jadi kalo mau maju harus bisa memelihara fans, produk, propaganda, dan strategi. Kalo mau jadi band yang mau survive, jadi band harus pinter. Bukan hanya band yang maen musiknya paling kenceng.”

    23032013 TITIK HITAM UNDERGROUND YEAH

    Berbicara fans berarti berbicara juga mengenai aksesoris band musik itu sendiri. Banyak yang beranggapan bahwa budaya musik underground yang ada di Indonesia itu hanyalah budaya adaptasi. Dan hanya untuk lifestyle saja.

    Meggy May, manajer dari band Jeruji dan Nemesis mengatakan, “Banyak yang hanya mengikuti fesyennya tanpa sisi musikalitasnya. Bagi sebagian menjadi dilema. Untuk anak-anak zaman sekarang dengan memakai baju dan aksesoris underground itu sudah gaya. ”

    Gaya yang terlihat secara kasat mata inilah yang menjadi problem komunitas underground di Bandung. Para musisi punya tugas lain, tidak hanya membuat karya yang berkualitas tapi juga berbagai pengetahuan tentant musik underground.

    “Yang penting terlihat berakar-akar, dan hitam bajunya. Sudah underground. Tapi mungkin juga anak-anak muda sekarang mulai dari SMA sampe kuliah kondisinya sama dengan apa yang kita rasain dulu. Sudah bosan dan jenuh dengan produk massal yang ada,” ujarnya Meggy.

    Sedangkan menurut Eben,“Ya itu tugasnya kita. Untuk bisa mengedukasi bahwa musik itu bukan hanya cuma style. Bukan hanya sesuatu yang hype. Dan bukan hanya sesuatu yang hanya banyak menyita perhatian orang. Kita harus mengedukasi.”

    Soal berbagi pengalaman dan pengetahuan musik underground, Robi Kwarto, mantan personel Jeruji dan Beside, berpendapat perkembangan musik underground dalam 20 tahun terakhir demikian pesat. Menurut dia, sudah banyak konser-konser tunggal band underground.

    “Tapi kita harus tetap menjaga underground ini sendiri. Jangan sampe terjadi lagi kaya ditutupnya Gor saparua buat pagelaran musik underground dan tragedy AACC. Intinya kita semua harus menjaga. Beli tiket dan tidak rusuh. Wajar kalau kena pukul waktu sedang pogo sih.”

    Para musisi underground tidak berhenti pada karya, mereka punya tanggung jawab kepada publik. Musik ini tidak hanya menawarkan hingar-bingar tapi memberikan kebebasan dan perlawanan. Luka, putus asa dan kesunyian. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here