More

    Korupsi Punya Bahasa Tersendiri

    Ahmad Fauzan Sazli

    Ilustrasi Unpad

    BANDUNG, KabarKampus – Korupsi telah menjadi budaya. Dan dalam praktiknya, korupsi memiliki bahasa tersendiri yang digunakan para koruptor ketika berinteraksi.

    - Advertisement -

    “Penggunaan bahasa korupsi itu bersifat individual, tidak kolektif dan tidak bisa disatukan,” kata Aceng Abdullah dalam presentasi doktornya berjudul “Komunikasi Korupsi: Studi Etnografi Komunikasi Tentang Bahasa yang Digunakan dalam Aktivitas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme” di Unpad, Bandung, Rabu, (31/07/2013).

    Ia mengungkapkan, ada beberapa deskripsi penggunaan bahasa korupsi dalam tindak korupsi. Deskripsi tersebut antara lain ; untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak benar, sebagai pertahanan diri, mendapatkan akses kemudahan dalam proses administrasi publik, jalan pintas dalam pengurusan suatu prosedur, dan juga sebagai pencitraan diri.

    Aceng pun menemukan adanya kesamaan pola dalam kegiatan komunikasi korupsi, berupa karakteristik dari komunikasi korupsi. Karaktersitik yang dirumuskan Aceng yakni, melibatkan aparat pemerintah, menjual nama pejabat, pintar bersandiwara, menggunakan aneka istilah, penuh kehati-hatian, kesantunan dalam berbahasa, mengesankan sulitnya prosedur, kemampuan berbahasa, menguasai aturan, memanfaatkan media massa, serta identik dengan suatu momen tertentu.

    “Seperti halnya suatu komunitas bahasa lainnya, bahasa korupsi juga kaya akan istilah/simbol. Kita sering mendengar ada istilah ‘uang administrasi’, ‘bantuan’, ‘shodaqoh’, hingga ‘uang damai’ dalam suatu tindak korupsi,” jelas Aceng.

    Sementara itu, alur bahasa korupsi diawali dari motif seseorang melakukan korupsi, dilanjutkan dengan interaksi korupsi yang ujung-ujungnya melahirkan suatu kemampuan berbahasa. Bahasa korupsi inilah yang digunakan untuk mencapai tujuan atau goal yang diinginkan oleh seorang koruptor.

    Temuan Aceng ini diperolehnya dari observasi, pengamatan terhadap media, serta wawancara dengan beberapa informan yang dinilai terlibat dalam suatu tindak korupsi. Berkat disertasinya, Aceng pun berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Komunikasi dengan yudisium “Sangat Memuaskan”.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here