Ahmad Fauzan Sazli
BANDAR LAMPUNG, KabarKampus – Kopi luwak biasanya dihasilkan dari proses pencernaan oleh hewan luwak atau musang terhadap biji kopi yang dikonsumsinya. Namun proses produksi kopi luwak original banyak dipertentangkan oleh sejumlah pihak karena dianggap menyiksa hewan luwak.
Mahasiswa Information and Bussines Institute (IBI) Darmajaya Bandar Lampung membuat terobosan dengan membuat kopi luwak tanpa memanfaatkan hewan luwak. Kopi luwak ini dinamakan Kopiliani.
Suroyo, salah satu penggagas produk tersebut mengatakan bahwa Kopiliani bermula dari ia bersama rekannya sesama mahasiswa mencoba membuat produk kopi dengan inovasi yang berbeda. Kemudian mereka menemukan terobosan dengan menghasilkan kopi luwak tanpa memanfaatkan luwak.
“Prinsip kerja fermentor ini adalah reaksi enzimatis dan fermentasi microbial yang terjadi alami di dalam saluran pencernaan hewan luwak,” kata Suroyo.
Ia menjelaskan, bahwa kandungan dan rasanya sama persis dengan kopi yang diproses alami dalam perut luwak. Disini mereka mendapatkan pendampingan dari incubator bisnis dan teknologi (Inkubitek) Darmajaya untuk masalah manajemen dan pengembangan pasar.
Menurut mahasiswa jurusan manajemen semester lima ini, Kopilani memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kopi yang memanfaatkan luwak, antara lain lebih mudah diproduksi dalam skala besar, kualitas produk terkontrol secara baik, harga ekonomis dan tidak merusak kelestarian populasi hewan luwak.
“Selama ini juga masih ada pro dan kontra tentang kopi luwak lantaran kopinya bercampur dengan kotoran luwak. Dengan adanya kopi luwak hasil fermentasi buatan, mereka tak perlu meragukan lagi masalah tersebut, karena Kopilani lebih higienis karena tidak menggunakan luwak” katanya.
Ia mengungkapkan, dibutuhkan perencanaan yang matang untuk mengembangkan produknya tersebut. Diakui Suroyo, saat ini pihaknya baru tahap pengenalan dan promosi ke konsumen. Produksi skala besar, kemungkin dilakukan setelah adanya kerjasama-kerjsama yang terjalin dengan pihak retailer.
Saat ini Suroyo dan rekannya baru memproduksi kemasan 100 gram dengan harga Rp.45.000 per bungkus. Masalah menajemen sepenuhnya dipegang oleh mahasiswa dan dibantu Inkubitek IBI Darmajaya.
“Kami berdelapan, terdiri mahasiswa bersama-sama mengembangkan Kopilani. Ada yang berperan sebagai marketing, keuangan, bagian produksi, desain kemasan dan komisaris,” jelasnya.
Saat ini sudah ada beberapa pusat pembelanjaan dan kafe yang siap memasarkan dan menggunakan produk mereka. Mereka berharap produk mereka bisa diterima lebih masyarakat luas. Kedepan mereka berencana memproduksi Kopilani Blackcoffe dengan bahan baku 100% kopi Robusta.[]