Radio Australia Network
Kerjasama perguruan tinggi Indonesia dengan Asosiasi Peternak Northern Territory, Australia, berlanjut tahun ini dengan kedatangan 10 mahasiswa yang akan magang di sejumlah peternakan di Wilayah Utara. Peserta tahun ini di antaranya berasal dari daerah peternakan di Sumatera dan Sulawesi.
Koordinator Program Partnership on Food Security in Cattle, Luke Bowen, menyatakan pendanaan program yang bernilai 60 juta dollar ini baru dipastikan beberapa saat sebelum ke-10 mahasiswa Indonesia datang awal pekan ini.
Menurut dia, kondisi ini menyebabkan jumlah peserta dikurangi menjadi 10 orang untuk tahun ini. Mereka akan berada di Australia selama tujuh pekan, termasuk melakukan praktek kerja di peternakan.
“Kami baru mendapat konfirmasi setelah pertemuan di Jakarta pekan lalu,” kata Bowen. “Jadi kami sudah siap-siap untuk tahun ini, daripada tidak melanjutkan program magang, lebih baik diteruskan meskipun pesertanya dikurangi menjadi 10”.
Ia menambahkan, “Kami tidak ingi kehilangan momentum dan nama baik yang telah tercipta selama ini”.
Menurut koordinator mahasiswa Indonesia, Robi Agustiar, sebagian peserta tahun ini berasal dari daerah peternakan di Indonesia.
“Empat peserta berasal dari Sumatera dan Sulawesi,” katanya. “Ini akan sangat bermanfaat bagi mereka setelah kembali ke Indonesia”.
Menurut dia, peserta magang ini berpeluang besar untuk diserap ke industri peternakan Indonesia.
“Dua mahasiswa yang magang tahun lalu telah bekerja di perusahaan yang memiliki peternakan di Australia,” kata Robi.
Seorang peserta, Salman Chafid dari Universitas Gadjah Mada ini merupakan kesempatan baginya untuk belajar sistem produksi ternak di Australia.
“Tapi saya tidak hanya ingin belajar tentang ternak, saya juga ingin mengetahui kehidupan dan budaya di Australia yang mungkin bisa saya bagi dengan teman-teman di Indonesia,” katanya.
Salman punya pengalaman menunggang kuda sebelumnya. “Saya berharap bisa mempelajari tentang kuda selama berada di sini,” katanya. “Kuda-kuda di Indonesia lebih kecil sedangkan kuda Australia sangat berbeda,” tuturnya.