Ahmad Fauzan Sazli
YOGYAKARTA, KabarKampus – Buah naga terkenal akan khasiatnya. Banyak yang percaya bahwa buah naga dapat menyembuhkan berbagai penyakit, seperti asma, diabetes, kencing manis, kanker usus, kanker, dan sebagainya
Selain buahnya yang mempunyai banyak manfaat, kulit buah naga juga mempunyai manfaat yang tidak kalah banyak. Berdasarkan fakta tersebut, mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta membuat yoghurt dari buah naga.
Mahasiswa UNY ini terdiri dari Meta Luwitasari dari Prodi Pendidikan IPA, Elfrida Noviana Dewi dari Prodi Pendidikan Matematika, dan Ummi Hani serta Septiyana Baroroh dari Prodi Pendidikan Biologi dari Prodi Pendidikan Biologi. Mereka membuat yaoghurt tersebut sebagai penurun obersitas.
Menurut Meta Luwitasari, banyak faktor yang menjadi penyebab obesitas tersebut, salah satunya ialah ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dengan kalori yang dikeluarkan. “Oleh karena itu, untuk mengurangi jumlah limbah kulit dan menambah diversifikasi pangan di Indonesia, kami membuat yogurt dari kulit buah naga,” kata Meta.
Sementara itu, Elfrida Noviana Dewi menjelaskan, kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis) juga mengandung antosianin yang merupakan salah satu agen antioksidan yang berfungsi untuk merendahkan kadar kolesterol.
“Dari sinilah kami membuat hipotesis bahwa kulit buah naga ini juga dapat menurunkan obesitas karena mengandung antioksidan,” kata Elfrida.
Selain itu menurutnya, kulit buah naga juga mengandung antioksidan yang diperoleh secara eksogenus banyak dijumpai dalam bahan pangan seperti vitamin C, vitamin E, karotenoid, dan polifenol.
Dalam kesempatan yang sama, Inawati Mulyani menjelaskan, proses pembuatan yoghurt kulit buah naga melalui dua tahap, yakni tahap pemasakan dan tahap inkubasi. Pertama adalah mengumpulkan kulit buah naga dan membersihkannya dari kotoran yang menempel. Kemudian kulit buah naga dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil agar mudah dihaluskan.
“Setelah itu, haluskan kulit buah naga menggunakan blender. Pada tahapan ini, kulit buah naga yang digunakan sebanyak 500 gr yang dicampur menggunakan 500 ml air mineral,” jelas Inawati.
Kemudian menurut Inawati, setelah menghaluskan kulit buah naga, adonan disaring menggunakan kain saring untuk mendapatkan sari kulit buah. Sari kulit buah naga itu kemudian dimasukkan ke dalam panci bersama susu cair putih dan dimasak menggunakan api kecil sambil terus diaduk agar adonan tidak menggumpal. Kemudian tambahkan 250 gr gula pasir.
“Proses pendidihan dilakukan hingga mencapai suhu 90oC bertujuan untuk menghilangkan kadar air dan melakukan sterilisasi,” kata Inawati.
Selanjutnya, Adonan yang telah diangkat, dicampur dengan 27 gr susu bubuk. Adonan didiamkan sampai dingin untuk selanjutnya memasuki tahap pendinginan.
“Pada tahap pendinginan, adonan yang telah dingin dipindahkan ke dalam toples dan dikultur dengan satu sendok makan yoghurt plain sebagai bibit yoghurt,” ungkapnya.
Menurut Inawati, penggunaan yoghurt plain bertujuan agar hasil yang didapat lebih berhasil dan harganya yang lebih ekonomis dibandingkan dengan bakteri asam laktat. Setelah dikultur, adonan diinkubasi menggunakan kotak steroform yang ditutup rapat menggunakan lakban untuk meminimalkan udara yang masuk dan menjaga suhu dalam kotak inkubasi.
“Proses inkubasi dilakukan selama 24 jam untuk hasil maksimal. Apabila proses inkubasi telah selesai, adonan dikeluarkan dan dipindahkan ke dalam kulkas untuk mengawetkan yoghurt,” tutup Inawati.[]