Mega Dwi Anggraeni
Pulau Bali kental akan tradisi. Sebagian besar warganya mampu menari. Mereka bisa menggerakkan tubuh dan memainkan bola mata sesuai irama musik gamelan Bali. Tapi tidak dengan pemuda Bali yang satu ini, dia justru lebih tertarik mendalami Tari Topeng Indramayu.
Namanya Cokorda Raditya Wardana, alumni Sekolah Tinggi Pariwisata, Bandung. Ia mengaku jatuh hati pada Tari Topeng ketika dirinya melihat artikel terkait di sebuah surat kabar.
Radit yang merasa penasaran, ketika itu langsung mencari tahu tentang Tari Topeng di situs Youtube. “Waktu itu langsung muncul nama Mimi Rasinah. Saya langsung kagum kepadanya, karena sudah tua tapi masih energik. Saya juga tertarik pada Tari Topeng karena perwatakan dan gamelannya,” jelasnya kepada Kabar Kampus.
Meski begitu, pemuda yang lahir di Bali 22 tahun yang lalu ini tidak langsung mendatangi sanggar Tari Mimi Rasinah. Radit yang kala itu sedang kuliah di Bandung mulai mencari tahu tentang sang Dalang. Dia juga mulai melakukan pertemanan dengan beberapa orang yang tertarik dengan Tari Topeng Indramayu di Facebook.
“Saya baru datang ke sanggar pada awal 2012. Tetapi waktu itu Teh Aerli (cucu almarhum Rasinah) tidak langsung mengajarkan saya, dia mencari tahu maksud dan tujuan saya belajar tari topeng,” katanya.
Dari Sanggar Tari Mimi Rasinah, Radit mengaku mempelajari banyak hal. Bukan hanya seni tari saja, tetapi juga filosofi dari tarian itu sendiri, serta kesederhanaannya. Selama dua tahun mendalaminya, Radit mengaku sudah menguasai dua tarian, yakni Samba dan Klana.
Walau menguasai tari asal Indramayu, Radit mengaku justru tidak bisa menari asal tanah kelahirannya. Dia bahkan mengaku, melarikan diri dari Bali ke Bandung lantaran tidak mau belajar tari Bali.
“Orangtua memang menyuruh, tidak memaksa, tapi menganjurkan saya untuk belajar tari Bali. Saya tidak mau, karena waktu itu saya tidak tertarik pada seni tari. Makanya saya lebih memilih meninggalkan Bali untuk kuliah di Bandung,” aku anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Bukan hanya itu, menurut Radit, sampai saat ini kedua orang tua serta kakak dan adiknya di Bali tidak pernah mengetahui bahwa dirinya seorang penari topeng. Dia juga tidak ingin cepat-cepat memberitahu keluarganya tentang profesinya.
“Mau kasih kejutan saja. Nanti kalau ada pentas di Bali saya undang mereka untuk hadir, mungkin mereka terkejut dan cuma ketawa-ketawa saja, tahu dulu saya menolak belajar tari Bali,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Radit mengatakan masih belum tertarik mempelajari tarian asal daerahnya. Menurutnya, Tari Bali dan Tari Topeng sama-sama memiliki kesulitan tersendiri. Tetapi karena dirinya sudah lebih dulu mempelajari Tari Topeng, maka Radit pun berniat untuk memperdalam ilmunya.
“Sekarang saya tahu, dua-duanya sulit. Tapi ya sudah terlanjur belajar Tari Topeng, jadi saya lebih memilihnya,” pungkas Radit.