Ahmad Fauzan Sazli
KEBUMEN, KabarKampus – Dik Doank yang mempunyai nama lengkap Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denada Kusuma mengaku prihatin dengan dengan kurikulum belajar yang ada. Ia melihat keterpurukan Indonesia saat ini disebabkan karena kurikulum tersebut.
“Kurimkulum kita tidak mengajarkan seni menggambar. Padahal penemuan di bumi ini dimulai dari menggambar,” kata Dik Doank di depan pelajar Kebumen Jawa Tengah dalam acara Jelajah Perpusseru di Kebumen, Rabu, (18/06/2014).
Ia menjelaskan, pelajaran menggambar di SD hanya diberikan 1 hingga 2 pelajaran, sementara pelajaran matematika diberikan 6 – 7 pelajaran. Itupun yang diberikan adalah pola menggambar sejak jaman dahulu yakni menggambar dua gunung, matahari, jalan, dan sawah.
“Padahal dengan menggambar akan menjadikan kita bangsa penemu,” terang Dik Doang. Selanjutnya ia mengatakan, bila gaya pendidikan ini terus terjadi, akan ada tsunami di Indonesia yang lebih besar dari Aceh, yakitu tsunami pengangguran. Indonesia akan menjadi bangsa pegawai yang bangga menjadi pegawai. “Bukan menjadi bangsa pencipta,” tuturnya.
Dik Doank menjelaskan, kegiatan menggambar ini diterapkan oleh Step Jobs pendiri perusahaan Apple. Anak-anak usia 1 – 10 tahun dimintanya untuk menggambar, kemudian gambar itu menjadi video game. Video game itu selanjutnya disebarkan ke seluruh dunia.
Dalam kesempatan itu Dik Doank sebagai Sahabat Perpusseru mengajak para pelajar di Provinsi Kebumen untuk ke perpustakaan. Bagi Dik Doank perpustakaan adalah tempat mengeksplorasi mimpi dan cita-cita.[]