Ahmad Fauzan Sazli
JAKARTA, KabarKampus – Ulah Wimar Witoelar, salah satu tokoh intelektual Indonesia, menyebarkan foto rekayasa “Gallery of Rogues..Kebangkitan Bad Guys” menuai protes dari banyak orang. Foto olah digital tersebut dinilai telah melecehkan umat Islam dan organisasi Islam. Selain itu karena diposting di saat-saat pilpres dinilai telah melakukan kampanye hitam untuk pasangan Prabowo-Hatta.
Menanggapi foto “Gallery of Rogues..Kebangkitan Bad Guys”, Dra. Nuri Soeseno, M.A., Ph.D, Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia mengatakan, gambar yang dipublish Wimar merepresentasikan orang-orang yang melihat calon presiden tersebut. Gambar itu bukanlah ide atau pikiran dari satu orang saja, melainkan dari banyak orang yang berpikir demikian.
“Hanya saja Wimar memiliki keberanian untuk mengakat hal itu ke media sosial,” kata Dra Nuri kepada KabarKampus, Senin, (24/06/2014).
Selain itu menurutnya, apa yang dilakukan Wimar sebenarnya tidak menunjukkan kekasaran, melainkan ketajaman. Melalu gambar itu orang bisa melihat bagaimana orang luar mengukur orang lain. Jadi masyarakat yang melihat “Gallery of Rogues..Kebangkitan Bad Guys” tidak perlu terlalu responsive.
“Gambar yang dipublish Wimar ini tidak perlu diricuhkan. Apalagi hal tersebut tidak personal,” katanya.
Lebih lanjut Nuri mengatakan, kalau ini personal, individu yang merasa seharusnya komplain. Dia bisa melakukan gugatan ke pengadilan kalau itu tidak benar. Apalagi ada undang-undang yang mengatur soal ini.
Bagi Nuri, kebebasan bicara di media sosial adalah hal normal di negara demokrasi. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, negara yang demokrasinya sudah mapan juga melakukan hal-hal seperti ini, bahkan omongannya bisa lebih jahat.
“Jadi hal seperti itu tidak usah dianggap sebagai suatu konflik,” ungkapnya.[]