
YOGYAKARTA, KabarKampus – Saat ini aksi Begal atau rampok kendaraan bermotor tengah marah di Jabodetabek dan sejumlah daerah di Indonesia. Tak sedikit pelakunya adalah para remaja alias Anak Baru Gede (ABG). Meski masih ABG, saat melakukan aksinya mereka tak segan-segan melukai korbannya.
Menanggapi maraknya aksi begal yang dilakukan para remaja terebut, Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D. , Psikolog UGM mengatakan, penanganan pelaku begal yang dilakukan oleh remaja bisa dilakukan dengan menyalurkan energi positif. Bisa di bidang olahraga ataupun kemiliteran.
Karena, kata Prod Kwartini, menjebloskan pelaku begal remaja ke dalam penjara bukanlah solusi yang tepat untuk membina para tersangka. Pemberian hukuman dengan memenjarakan para tersangka tidak banyak berpengaruh mengubah perilaku mereka.
“Belum ada bukti keberhasilan hasil dari pembinaan di penjara, yang timbul hanya efek jera saja,” katanya, Selasa (17/03/2015).
Apabila hal tersebut dilakukan, ia meyakini nantinya tidak akan timbul kembali aksi-aksi negatif yang meresahkan masyarakat. Tidak akan ada waktu lagi untuk berpikiran negatif karena seluruh energi telah difokuskan dalam hal-hal yang baik.
“Para pelaku ini memiliki karakter positif yakni memiliki keberanian tinggi. Hal inilah yang sebaiknya ditangkap, karakter positifnya ditangani untuk diarahkan ke hal-hal yang baik seperti tinju, sepak bola, atau kegiatan militer,”urainya.
Adapun untuk menghindari munculnya tindakan negatif remaja, Kwartarini meminta kepada para orangtua untuk lebih memperhatikan dan melakukan pengawasan terhadap anaknya. Karena para remaja berada dalam masa yang tidak stabil dan di fase pencarian jati diri. Sehingga saat anak tidak memperoleh perhatian keluarga mereka cenderung akan mencari di luar rumah.
“Mereka mendapatkan informasi yang over load dari kiri-kanan. Ditambah lagi tidak ada pengawasan dari orang tua dan guru sehingga tindakannya tidak terkontrol,”jelasnya.[]