JAKARTA, KabarKampus – Sudah dua tahun mahasiswa dan pelajar se-Kota Makassar yang tergabung dalam Aksi Indonesia Muda membangun kampung Penderita Kusta di Dangko Jongaya, Makassar. Di sana para pemuda ini memberdayakan masyarakat melalui usaha kerajinan tangan.
“Alasan kami tidak lain karena dari perkampungan ini banyak warga yang berprofesi sebagai pengemis , keterbatasan fisik dan sangat mendesak untuk segera dibantu. Ada puluhan orang yang sudah bekerja membangun usaha secara mandiri seperti keset kaki, lampu hias, bros dan tas daur ulang namun masih terkendala di pemasaran,” ungkap Debby Pratiwi, Bendahara AIM.
Namun menurut Debby, bantuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) masih minim bagi penyelesaian masalah utama dalam perkampungan ini. Padahal sejak tahun lalu mereka pernah dijanjikan akan dibantu dalam hal pemasaran. Namun sampai sekarang masih belum ada progress sama sekali.
“Padahal ada banyak dampak positif yang bisa terbangun dikampung Dangko apabila hasil pemasaran usaha warga dapat terlaksana dengan baik. Salah satunya, menghidupkan budaya berwirausaha secara mandiri tanpa harus turun kejalan menjadi pengemis melalui usaha kreatif kerajinan tangan,” ungkap Debby.
Debby mengungkapkan, bila Pemkot Makassar berkeinginan untuk meminimalisir jumlah pengemis di Makassar, seharusnya dengan menyelesaikan akar masalahnya. Masalah utama yang dihadapi salah satunya, banyaknya warga yang mulai mengeluh dan putus asa dengan persoalan pemasaran produk.
“Pemerintah ayo bergerak bantu warga Dangko dan kami terbuka untuk saling berkolaborasi bukan hanya dengan janji,” terang Debby.
Selain memberdayakan masyarakat melalui kerajinan tangan, AIM juga telah merancang sebuah konsep Vertical Garden untuk ‘mempercantik’ tampilan fisik lorong Dangko sebagai salah satu daerah lorong percontohan di kota Makassar. Selain itu mereka juga membuat rumah baca, mendata seluruh warga agar dapat BPJS gratis, dan sebagainya.
