BANDUNG, KabarKampus – Nelayan di Indonesia, boleh dibilang masih minim memanfaatkan teknologi dalam kegiatan melaut juga mendistribusikan hasil laut. Salah satunya adalah masih menggunakan pencatatan manual.
Pencatatan manual ini tentunya kerap merugikan nelayan. Bahkan dengan pencatatan yang buruk nelayan bisa kehilangan profit hingg 70 persen.
Berangkat dari sana mahasiswa Telkom University membuat sebuah aplikasi yang dinamakan Pasar Laut Primodity. Aplikasi ini tujuan utamanya, untuk mengumpulkan data-data terkait komoditas-komoditas pokok secara realtime dan reliable dengan menggunakan aplikasi mobile dan platform cloud manajerial untuk koperasi dan pengelola pasar.
Mahasiswa tersebut terdiri Farid Naufal Aslam dan Raden Johannes Heryo Priambodo. Keduanya merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Telkom University angkatan 2011.
Johannes menuturkan, awalnya pembuatan aplikasi ini didasari oleh masalah yang dihadapi oleh koperasi kelautan dan perikanan di Subang, Jawa Barat. Mereka menemukan, koperasi, sebagai titik distribusi awal, melakukan pencatatan traksaksi dan komoditasnya dengan tidak rapi dan tidak efisien. Padahal, pencatatan yang tidak rapih berpeluang mengurangi profit mereka mencapai 70 persen setiap bulannya karena hutang-hutang yang tidak terbayar.
“Kami berusaha membantu menyelesaikan problem di titik distribusi awal dengan merancang platform manajerial pengelolaan transaksi dan komoditas untuk koperasi, untuk membantu mereka mengelola bisnisnya menjadi lebih baik,” kata Johannes.
Selain itu menurutnya, mereka juga membantu pemerintah untuk memantau perkembangan-perkembangan komoditas di titik produksi tersebut melalui platform ini. “Karena nantinya pemerintah bisa tahu pasar mana yang bermasalah, yang layak untuk disidak pemerintah dan harus diperbaiki,” ungkapnya.
Menurut Johannes, aplikasi PasarLaut Primoditi juga memiliki konsep berupa platform manajerial untuk pengelolaan dana transaksi dan komoditas untuk koperasi kelautan dan pengelola pasar. Lalu dilengkapi tambahan aplikasi mobile pelaporan harga komoditas untuk pemerintah agar dapat memperkaya input data yang masuk.
Inovasi yang dikembangkan Johannes da Farid ini sebelumnya telah menorekan prestasi di Amerika. Rancangan aplikasi ini menjadi juara pada pada kompetisi Hackathon Merdeka yang berlangsung pada 22-23 Agustus kemarin.[]