More

    Bandung Philharmonic : Berbagi Rasa Menciptakan Bunyi

    Anak berkebutuhan khusus punya cara sendiri melihat dunia. Begitu pula ketika mereka memainkan alat musik. Bersama Bandung Philharmonic, anak berkebutuhan khusus berhasil menciptakan nada mereka sendiri.

    Airin Efferin dan Fauize Wiriadisastra berbagi pengalaman menciptakan bunyi bersama anak berkebutuhan khusus dari Rumah Autis Bandung di BTC Fashion Mall, Bandung, Senin (30/05/2016).
    Airin Efferin dan Fauize Wiriadisastra dari kelompok musik orkestra Bandung Philharmonic berbagi pengalaman menciptakan bunyi bersama anak berkebutuhan khusus dari Rumah Autis Bandung dalam acara “We Care We Share” di BTC Fashion Mall, Bandung, Senin (30/05/2016). FOTO : Koleksi Bandung Philharmonic
    Keseruan anak berkebutuhan khusus dari Rumah Autis Bandung bersama musisi Bandung Philharmonic dalam acara "We Care We Share" di BTC Fashion Mall, Bandung, Senin (30/05/2016).
    Keseruan anak berkebutuhan khusus dari Rumah Autis Bandung bersama kelompok musik orkestra Bandung Philharmonic dalam acara “We Care We Share” di BTC Fashion Mall, Bandung, Senin (30/05/2016). FOTO : Koleksi Bandung Philharmonic
    Anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan memainkan alat musik saat acara "We Care We Share" bersama kelompok musik orkestra Bandung Philharmonic di BTC Fashion Mall, Bandung, Senin (30/05/2016).
    Anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan memainkan alat musik saat acara “We Care We Share” bersama kelompok musik orkestra Bandung Philharmonic di BTC Fashion Mall, Bandung, Senin (30/05/2016). FOTO : Koleksi Bandung Philharmonic

    Ini memang bukan hal baru. Tapi acara “We Care We Share” yang digagas Bandung Trade Center (BTC), Senin (30/05/2016) kembali mengingatkan kita bahwa ada nada lain yang juga tak kalah menariknya dengan nada-nada yang sering terdengar.

    Sekaligus sebuah cara unik, yang bisa jadi eksplorasi baru bagi para musisi orkestra seperti Bandung Philharmonic berinteraksi dengan publik.

    - Advertisement -

    “Saya belum pernah secara langsung berinteraksi dengan mereka, ….dan ternyata seru. Tapi butuh atensi indidivi,” ungkap Fauzie Wiriadisastra, salah satu musisi pendiri Bandung Philharmonic.

    Pengalaman berinteraksi dengan anak berkebutuhan juga diungkapkan oleh Airin Efferin. “Mereka reseptif banget,” ungkap Airin, yang juga pendiri Bandung Philharmonic kepada KabarKampus.

    Menurut pianis ini, anak berkebutuhan khusus yang memainkan alat musik bisa fokus. Bahkan mereka berinisiatif mencoba sejumlah alat musik. Beberapa anak juga sudah bisa menghasilkan bunyi seperti obsesi, melakukan gerakan yang sama berulang-ulang.

    “Bikin sangat..sangat..bahagia,” ungkap Airin Efferin.

    Keterlibatan para musisi Bandung Philharmonic dalam acara “We Care We Share” sebenarnya ingin berbagi rasa menciptakan sesuatu, dalam hal ini menciptakan bunyi. Respon yang mereka dapatkan pula lebih dari cukup. Menurut Bandung Philharmonic, antusias anak berkebutuhan khusus dari Rumah Autis Bandung tak beda jauh dengan anak-anak yang lain ketika memainkan alat musik.

    Bandung Philharmonic berharap dapat menjalin program berkelanjutan mengenalkan musik klasik ke anak berkebutuhan khusus di Rumah Autis Bandung.

    Tentu saja tidak hanya musisi, anak-anak berkebutuhan khusus pun sangat senang.

    Memainkan alat musik orkestra menambah pengalaman mereka yang sebelumnya pernah juga memainkan alat musik tradisional angklung. Musik dalam bahasa kehidupan termasuk bahasa universal yang indah. Adalah sebuah keajaiban, nada-nada anak berkebutuhan khusus itu juga punya kisah dan pemahamannya sendiri dalam diri seseorang.

    Nah, jika anak-anak sudah beraksi, mereka bisa bak musisi sungguhan yang sedang konser menghibur publik. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here