Badan Geologi bekerjasama dengan University of Wollonggong Australia berhasil menemukan manusia purba berumur sekitar 700 ribu tahun. Fosil ini ditemukan di Cekungan Soa, Kabupaten Ngada dan Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Fosil manusia purba tersebut berupa gigi geraham (molar), gigi kancip (incisor), gigi taring (canine) dan tulang rahang (mandible). Fosil ini menjadi fosil manusia purba tertua di daratan Flores dan merupakan fosil pertama yang ditemukan di Cekungan Soa.
Selain fosil, para peneliti juga menemukan fosil binatang dan alat batu (artefak). Fosil binatang antara lain fosil gajah, buaya, komodo, tikus, katak dan burung.
Dr. Gert van den Berg, peneliti dari University of wollonggong mengatakan, fosil yang mereka temukan adalah pecahan rahang bagian kanan. Namun sayangnya pada geraham tidak ditemukan gigi.
“Tapi waktu kami bandingkan dengan geraham bawah homo Homo floresiensis (Manusia Flores), fosil ini lebih kecil sampai 20-28 persen yang jauh lebih muda. Namun bentuknya seperti geraham homo erektus (manusia purba yang pernah ditemukan di Jawa),” kata Dr. Gert menjelaskan hasil temuannya di di Museum Geologi, Bandung, Rabu, (08/06/2016)
Meski kecil, kata Dr. Gert, setelah mereka scan ternyata graham tersebut adalah graham bawah orang dewasa. Selain itu grahamnya juga lebih tipis.
“Dia mirip homor florensiensis dia juga mirip dengan homo erektus di Jawa. Fosil ini seperti diantara keduanya. Walau pun ukuranya lebih kecil dari homo floresiensis. Jadi ini menarik,” ungkapnya.
Selanjutnya Dr. Gert menjelaskan, dari delapan fosil yang mereka temukan, diantaranya adalah gigi milik orang dewasa yang berbeda. Kemudian dua taring susu dan sangat kecil milik anak-anak.
“Semua gigi yang ditemukan di Mata Menge ini juga semuanya mirip dengan homo floresiensis dan homo erektus,” jelas Dr. Gert.
Menurut Dr. Gert, sampai saat ini mereka belum bisa menyimpulkan jenis fosil yang mereka temukan. Hal ini karena jumlah fosil yang ditemukan masih terbatas. Jadi mereka berhap nanti bisa menemukan fosil tengkorak yang utuh, agar bisa membadingkannya dengan homo floresiensis dan homo erektus.
“Saat ini kami belum bisa memberi nama apakah ini homo floresiensis atau bukan. Yang pasti ini lebih tua,” ungkap Dr. Gert.[]