More

    Mahasiswa ITB Diminta Belajar Membangun Jaringan Internasional

    ENCEP SUKONTRA

    BANDUNG, KabarKampus-Internasionalisasi pendidikan menjadi salah satu isu yang menjadi sorotan dunia pendidikan tinggi di dunia dewasa ini. Mahasiwa diminta melek isu internasionalisi, di antaranya dengan belajar membuka jaringan internasional.

    Hal itu diungkapkan Rektor ITB, Prof. DR. Kadarsah Suryadi, dalam pidato Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Tahun Akademik 2016/2017 di Gedung Sasana Budaya Ganesa ITB, Jalan Tamansari, Bandung, Senin (08/08/2016).

    - Advertisement -

    “Internasionalisasi pendidikan tinggi merupakan isu yang baru menjadi perhatian luas dalam tiga dekade belakangan ini,” ujar Rektor Kadarsah Suryadi.

    Beberapa faktor yang mendorong internasionalisasi pendidikan tinggi antara lain, meningkatnya kerjasama-kerjasama perdagangan internasional yang seringkali disertai dengan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), dan mobilitas sumber daya manusia.

    Faktor lainnya, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang membuat pertukaran dan sirkulasi informasi hampir tidak mengenal batas. Sementara banyak permasalahan yang memiliki dimensi internasional/global, yang membutuhkan kemitraan internasional untuk menjawabnya.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa, sambung dia, telah merumuskan sejumlah permasalahan pembangunan global yang disebut Suistainable Development Goals (SDGs).

    “SDGS membutuhkan kolaborasi antara berbagai bangsa untuk menjawabnya,”katanya.

    SDGS meliputi kemiskinan, kelaparan, pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi, perdamaian dan keadilan, perubahan iklim, air bersih dan sanitasi, pangan dan energi, keberlanjutan kota-kota, inovasi dan industrialisasi.

    “Kita percaya perguruan tinggi sebagai sumber ilmu pengetahuan dan wadah potensi insani. Dengan berkembangnya interaksi yang makin erat antara perguruan tinggi di dunia, diharapkan akan terwujud perluasan pasar tenaga kerja, inovasi dan industrialisasi serta pertumbuhan ekonomik; peningkatan peluang untuk menjawab permasalahan sosial, lingkungan dan keamanan yang memiliki dimensi internasional.”

    Internasionalisasi pendidikan tinggi sendiri diartikan sebuah upaya untuk menempatkan pendidikan tinggi ke dalam kancah pergaulan internasional.

    Hal itu mencakup langkah-langkah untuk memfasilitasi mobilitas mahasiswa dan pertukaran mahasiswa secara internasional; pertukaran staf akademik secara internasional; pengembangan program kemitraan dalam pembelajaran dan pengajaran, termasuk kurikulum yang berwawasan internasional.

    Hal penting lainnya menyangkut pengembangan program kemitraan internasional di bidang penelitian dan pengembangan, serta entrepreneurship.

    Meski menawarkan sejumlah manfaat, penyelenggaraan internasionalisasi pendidikan tinggi perlu memperhatikan keanekaragaman budaya-budaya, adanya perbedaan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan industrialisasi antar bangsa-bangsa.

    “Setiap bangsa di dunia mempunyai lintasan sejarahnya sendiri, dan karakteristik budaya yang unik. Bagaimana iptek dan industrialisasi berkembang di suatu bangsa tidak terlepas dari budaya dan lintasan sejarah bangsa tersebut,” ungkapnya.

    Dengan demikian, pelaksanaan internasionalisasi pendidikan tinggi perlu disertai dengan upaya untuk memfasilitasi interaksi antar kebudayaan berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menghormati.

    Adanya kesenjangan dalam tingkat kemajuan iptek dan industrialisasi dapat memicu terjadinya brain-drain pada negara-negara berkembang.

    “Di sini diperlukan strategi untuk mewujudkan brain-gain dan mencegah terjadinya brain-drain.”

    Brain-gain merupakan upaya membangun jaringan dengan SDM potensial dalam negeri yang tersebar di seluruh dunia. Cina disebut-sebut negara yang sukses melakukan brain-gain. Brain drain kebalikan dari brain-gain, yakni eksodusnya SDM potensial ke luar negeri untuk mencari penghidupan lebih baik.

    “Untuk mewujudkan brain-gain, suatu perguruan tinggi yang berpartisipasi di arena internasional perlu memperhatikan juga konteks kebutuhan lokal dan nasional,” jelasnya.

    Dalam berbagai permasalahan yang dirumuskan dalam SDGs, konteks lokal, nasional dan global saling berkait erat. Melalui internasionalisasi pendidikan tinggi, Indonesia dapat memanfaatkan brain dari sumber-sumber internasional untuk menjawab permasalahan lokal atau nasional, yang memiliki dimensi internasional.

    “Kemitraan dengan pemerintah daerah, perusahaan-perusahaan lokal/nasional dan LSM dapat menjadi langkah yang stratejik untuk mewujudkan brain-gain melalui internasionalisasi pendidikan tinggi.”

    Khusus kepada mahasiswa baru ITB, ia berpesan untuk selalu memperluas wawasan internasonal dan mengembangkan interaksi dengan pihak-pihak yang bekerja secara internasional.

    Sehingga mahasiswa akan semakin siap untuk merespons berbagai permasalahan dengan wawasan yang luas, dan semakin mampu untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak guna menerjemahkan gagasan ke dalam perubahan-perubahan aktual.

    “Dan dengan kesiapan dan kemampuan seperti itu, Anda akan meraih daya saing yang semakin tinggi di kancah pergaulan internasional.” []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here