BANDUNG, KabarKampus – Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71 belum benar-benar dirasakan oleh penyandang disabilitas. Banyak fasilitas umum yang tidak bisa dimanfaatkan oleh penyandang disabilitas. Bahkan gedung pemerintahan pun, tidak banyak yang memberikan akses kepada penyandang disabilitas.
Pengalaman ini dirasakan oleh Aden Ahmad (49), seorang penyandang disabilitas. Aden yang sehari-hari menggunakan kursi roda ini merasakan banyak fasilitas publik yang belum memberikan akses kepada dirinya. Ia melihat, banyak trotoar yang mulus tapi kurang memadai untuk untuk digunakan.
“Saya pernah jalan-jalan di jalan Asia Afrika Bandung, baru 1,5 Kilometer sudah nyeri awak. Itupun saya jalan dengan bantuan orang lain,” kata Aden yang sehari-hari bekerja berjualan online saat ditemui KabarKampus usai menjadi Komandan Upacara di GIM, Bandung, Rabu, (17/08/2016).
Aden mengaku, hal tersebut sangat berbeda dengan negara Australia, negara yang pernah ia kunjungi. Aden mengaku, saat berjalan sejauh 15 Kilometer di Australia, ia masih merasa nyaman. Padahal berjalan tanpa bantuan orang lain.
“Hal itu menunjukkan fasilitas umum di Indonesia ini asal-asalan. Tidak bisa dimanfaatkan untuk difabel,” ungkap Aden.
Aden menjelaskan, seharusnya trotoar di Indonesia mengandung kemandirian, kenyamanan dan keselamatan bagi penyandang disabilitas. Sehingga bisa dimanfaatkan bagi semua, baik penyandang disabilitas, anak-anak dan lansia.
“Jadi tidak ada lagi trotoar yang terlihat mulus namun kemiringannya tajam, sehingga berbahaya digunakan penyandang disabilitas,” ungkap Aden.
Dari pengalamannya tersebut, Aden merasa penyandang disabilitas di Indonesia belum merdeka. Hal ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak.
“Kalau nanti akses sudah ada, InsyaAllah penyandang disabilitas merdeka,” kata Aden.
Selain Aden, hal yang sama dirasakan Sismi Rahayu (40). Sismi yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga ini juga masih belum merasakan kenyamanan menggunakan fasilitas publik.
“Saat saya menggunakan fasilitas umum saya selalu harus lihat kanan kiri dan meminta bantuan orang lain,” ungkapnya.
Ia sebagai kaum difabel masih susah memanfaatkan fasilitas umum, bahkan di instansi pemerintah. Padahal Indonesia sudah merdeka 71 tahun yang lalu.
Sementara itu Teti Herawati (42) yang juga penyandang disabilitas berharap mereka sebagai kaum difabel disejajarkan dengan masyarakat yang lain. Karena masih banyak yang belum banyak fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan penyandang disabilitas.
“Seperti trotoar, fasilitas di kantor, mall, dan sebagainya, masih banyak tidak bisa dimanfaatkan difabel,” ungkapnya.
Jadi menurut, Teti, makna merdeka baginya adalah kamu difabel bisa menikmati fasilitas umum.[]