BANDUNG, KabarKampus – Sekitar 5000 orang dari serikat petani, mahasiswa, organisasi pemuda dan masyarakat Jawa Barat menggelar aksi memperingati Hari Tani Nasional ke-56 di depan Gedung Sate, Bandung, Rabu, (21/09/2016).
Aksi ribuan massa aksi yang menamakan Koalisi Untuk Revolusi Kebijakan Agraria (KuRKA) ini dimulai dengan longmarch dari PUSDAI ke Kejati Jawa Barat, kemudian berakhir di Gedung Sate Bandung.
Peringatan Hari Tani Nasional langsung dibuka olah lagu penyemangat dari Mukti Mukti, musisi balada Bandung. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukkan pencak silat dan orasi dari berbagai organisasi.
Agustiana, Sekjen Serikat Petani Pasundan (SPP) dalam orasinya menjelaskan, mereka sengaja mempercepat peringatan Hari Tani Nasional yang seharusnya pada tanggal 24 September 2016 menjadi 21 September 2016. Hal itu karena, tanggal 24 September 2016 jatuh pada hari Sabtu.
“Kami tidak ingin mengganggu waktu istirahat para pekerja. Kami menyesuaikan diri untuk tidak mengganggu waktu orang lain,” kata Agustiana dalam orasinya di atas sebuah truk besar.
Menurut Agustiana, mereka sengaja menggunakan nama Koalisi untuk Revolusi Kebijakan Agraria, karena menginginkan perubahan menyeluruh . Mulai dari perubahan perencanaan, kekuasaan, dan aturan di bidang pertanahan.
“Kebijakan agraria saat ini jauh dari cita-cita dilahirkannya Undang-undang Pokok Agraria. Tidak mengandung kepentingan rakyat. Ketika jaman Belanda tanah pertanian disewakan untuk asing, rakyat dipaksa untuk mengakui tanah Belanda, dan pajak terhadap petani. Namun sekarang sama saja, tanah diberikan kepada investor, terutama investor asing,” ungkapnya.
Agustiana mengatakan, bahkan sekarang ini, kolonial asing justru diundang untuk menguasai tanah rakyat. Padahal Sumber Daya Agraria adalah simbol kepemilikan bangsa dan hingga saat ini belum ada evaluasi terkait hal tersebut.
Selain itu, Agustiana menambahkan, dalam peringatan Hari Tani ini mereka menyatakan pemerintah Indonesia mencabut izin-izin penguasaan tanah yang melanggar dan tidak sesuai dengan UUD 45. Kemudian segala aturan yang tidak sesuai dengan UU agraria dicabut.
“Mulai hari ini kita akan sama-sama memperjuangkan jerih payah kita untuk mendorong dicabutnya izin yang melangar dan segala sesuatu yang bertentangan dengan UU Pokok Agraria,” ungkap Agus.
Dalam kesempatan itu, Agus mengapresiasi keikutsertaan mahasiswa dalam aksi Hari Tani Nasional. Ia menilai di tengah hedonisme mahasiswa dan mahasiswa yang hanya bisa ngomong membela rakyat namun tidak pernah turun bersama rakyat, ternyata ada mahasiswa yang mau turun bersama rakyat.
“Saya berharap kepemimpinan bisa diambil mahasiswa,” ungkap Agus.
Aksi ribuan petani, mahasiswa dan pemuda ini digelar dengan menutup jalan Diponegoro tepat di depan Gedung Sate Bandung. Aksi digelar dengan penjagaan ketat polisi. Adapun sejumlah organisasi yang terlibat diantaranya, Serikat Petani Pasundan, Walhi Jawa Barat, HMI cabang Bandung, PMII Cabang Bandung, Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan UPI Bandung, Mahasiswa Unpad, dan LBH Bandung.[]